BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Manajemen merupakan suatu seni dalam
membimbing, mengarahkan, mempengaruhi suatu tindakan orang
lain untuk bisa melakukan apa yang hendak dilakukan sesuai dengan rencana yang
akan dijalankan, dalam
sebuah manajemen ada beberapa hal yang penting diantaranya adalah fungsi
kepemimpinan dalam manajemen. Fungsi
kepemimpinan dalam manajemen merupakan suatu hal yang sangat penting, seorang pemimpin merupakan suatu
orang yang dapat membimbing dan mengarahkan bawahannya,oleh karena itu peran
pemimpin ini adalah penentu keberhasilan suatu tim dalam menjalankan sebuah
manajemen. Pemahaman
akan pentingnya peran ini harus diketahui oleh seorang manajer agar dalam
pelaksanaan nya mereka dapat menerapkan ciri-ciri seorang pemimpin yang baik
yang terntunya sesuai dengan Al Qur’an dan As Sunnah.
Dalam makalah ini penulis menyajikan
informasi data yang sudah dikumpulkan dari beberapa refrensi yang kemudian di
buat simpulan mengenai Fungsi Kepemimpinan.Makalah ini diharapkan akan membantu
menyadarkan fungsi seorang pemimpin dalam sebuah manajemen.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
itu kepemimpinan?
2. Pandangan
Islam terhadap kepemimpinan?
3. Apa
saja model-model kepemimpinan?
4. Apa
fungsi kepemimpinan dalam manajemen?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian
kepemimpinan
2. Mahasiswa
dapat mengetahui bagaimana pandangan islam
terhadap
kepemimpinan
3. Mahasiswa
dapat mengetahui apa saja model kepemimpinan
4. Mahasiswa
dapat mengetahui apa fungsi kepemimpinan dalam manajemen
D. Metodologi
Penulisan
Makalah ini disusun dengan metode
perbandingan,yakni mengumpulkan data dari beberapa buku para peneliti yang
kemudian dibuat sebuah simpulan dari beberapa buku refrensi tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kepemimpinan
Kepemimpinan berasal dari kata to lead,to quid,to direct in action yang
artinya membimbing dan mengarahkan suatu tindakan orang lain. Artinya
seorang pemimpin ini adalah orang yang bisa menggerakan bawahannya,memberikan
pengaruh atau mempengaruhi bawahanya untuk bisa melakukan apa yang akan hendak
di capai. Kepemimpinan juga diartikan sebagai hubungan satu orang
dengan sekelompok orang. George
R. Terry menyatakan , “leadership is the
relationship in which one person,the leader influenses other to work together
wilingly on related task to attain that which the leader desires”.
Oleh karena itu,seorang manajer
yang baik harus mendapatkan tindakan efektif
dari orang lain yang setaraf. Kepemimpinan merupakan seni untuk
mengendalikan orang-oarang dalam sebuah organisasi baik formal maupun non
formal agar prilaku mereka sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pimpinan.
Pada dasarnya seseorang dapat
dikatakan sebagai seorang pemimpin
apabila dia mampu mengendalikan dan menggerakan bawahannya. Demikian merupakan pengertian dari
sebuah kepemimpinan ini muncul apabila ada unsur-unsur ini
1. Ada
orang yang dipengaruhi
2. Ada
orang yang mempengaruhi
3. Ada
pengarahan atau pengendalian
B. Model Kepemimpinan
Tidak
ditemukan model kepemimpinan ideal yang mungkin untuk diterapkan dalam setiap
waktu dan perubahan zaman. Kepemimpinan diartikan sebagai peran tertentu yang
dijalankan seorang pemimpin yang mengintegrasikan pesan manusia, permasalahan
dan kondisi.
Akan
tetapi, terdapat kesepakatan bahwa seorang pemimpin harus berbaur dengan para
bawahan dalam segala sesuatu yang terkait dengan konsen, pemikiran dan
kenyakinan mereka. Serta harus menunjukan kepada mereka bahwa ia akan melayani
segala kebutuhan dan tujuan mereka, dan ia adalah bagian yang utuh dengan para
bawahan. Sehingga, para bawahan bisa menerimanya sebagai pemimpin. Untuk itu,
unsur kedekatan dengan jema’ah merupakan sikap pokok bagi seorang pemimpin.
Pengalaman sejarah menunjukan bahwa seorang pemimpin yang menjaga jarak dan
jauh dari bawahan, baik dari segi pemikiran dan tindakannya, tidak akan mampu
menjalankan tugas kepemimpinan dengan baik.
Ronal
Lipitt dan R. White pernah melakukan suatu penelitian tantang model-model
kepemimpinan. Keduanya mengambil sempel model kepemimpinan yang berpengaruh
untuk mengerakkan bawahan, dengan tujuan untuk mengetahui kolerasi antara model
kepemimpinan dan perilaku bawahan. Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui
dampak 3 model kepemimpinan terhadap perilaku individu dan masyarakat. Ketiga
model kepemimpinan itu adalah demokras, autoritarian, dan laissez-faire.
Penelitian ini dilakukan selama 7 minggu.
1. Model
Demokrasi
Keputusan
yang diambil dalam model kepemimpinan ini merupakan hasil kesepakatan bersama
melalui sebuah diskusi dan pemikiran kolektif. Pemimpin berperan untuk memimpin
dan mengatur jalannya diskusi (musyawarah), dan memberikan kebebasan bagi
masing-masing individu untuk mengungkapkan pendapatnya. Seorang pemimpin
menyampaikan gagsan dan sarannya melalui berbagai media, namun pemimpim tidak
memiliki hak untuk memaksakan kehendaknya. Model kepemimpinan ini di bangun
dengan semangat kebersamaan, persamaan, dan egaliterisme. Masing-masing
individu adalah sama dan bagian dari yang lainnya.
2. Model
Autoritarian
Seorang
pemimpin memiliki wewenangan mutlak untuk menentukan program atau kebijakan
tanpa harus meminta pertimbangan dan bermusyawarah dengan masyarakat. Rakyat
hanya berperan menjalankan program dan kebijakan pemerintah tanpa mengetahui
tujuan yang ingin diraih. Mereka bekerja untuk mengwujudkan keinginan yang
ingin di capai pemerintah. Pemerintah mempunyai kewenangan mutlak dan memaksa
rakyat untuk mematuhinya secara otoriter. Kedudukan dan posisi pemerintah
dengan rakyat terpisah, kecuali pemerintah akan turun langsung jika akan
memberi penjelasan kepada rakyat.
3. Model
Laissezfaire
Peran
seorang pemimpin bersifat pasif. Mereka memberi kebebasan secara mutlak bagi
rakyat untuk mengambil keputusan, tindakan, dan langkah untuk kehidupannya.
Pemimpin hanya berperan untuk meyampaikan informasi dan kebijakan penting, dan
menyediakan fasilitas untuk kehidupan rakyat. Selain itu, negara tidak memiliki
hak intervensi, kebijakan atau rekomendasi pekerjaan yang akan dia lakukan.
Maka,
hasil dari ketiga model kepemimpinan itu ialah demokrasi lebih bisa diterima
oleh mayoritas masyarakat, namun demikian, munculnya kelompok oposisi adalah
fakta yang tidak bisa di hindari. Terlebih, jika model yang digunakan adalah
model autoritarium. Sedangkan dalam model laissezfaire menuntut peran
pemerintah lebih aktif dalam kehidupan rakyat.3
Telah
banyak model kepemimpinan yang diadakan percobaan ilmiah dan hasilnya model
kepemimpinan relatif lebih baik dan utama dari model-model lainnya. Karena
model demokrasi memiliki nilai positif (keunggulan komparatif) dan menggapnya
sebagai model kepemimpinan yang ideal. Namun model ini tidak dapat secara
mutlak diterapkan dalam setiap kondisi dan zaman. Dengan alasan kepemimpinan
yang ideal adalah kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi, sosio-geografis,
kultur masyarakat, peninggalan rakyat serta dalam kondisi tertentu.
Model
ini akan dianggap ideal jika persamaan antara pemimpin dan rakyat dalam
persamaan budaya, pengetahuan, wawasan dan pandangan hidup (filsafah). Namun
tidak ideal jika sudah bertentangan dengan kultur dan prinsip hidup.4
Dalam
pemikiran Khalifah Umar r.a, beliau mengatakan “sesungguhnya persoalan ini
tidak patut dan layak, kecuali orang yang lembut tapi tidak lemah, orang yang
kuat tapi tidak korup (sewenang-wenang)”. Saat dilantik beliau menyampaikan
dalam pidatonya “wahai manusia, demi Allah, tidak ada seorang pun dari kalian
yang lebih kuat di hadapanku dari orang yang lemah, sehingga saya mengambil
haknya, dan tidak ada orang yang lebih lemah dihadapanku dari orang yang kuat,
sehingga aku mengambil haknya”.
Model
kepemimpinan dalam islam dibangun dengan prinsip pertengahan, moderat dalam
memandang persoalan. Tidak memberikan kekuasaan secara otoriter, atau kebebasan
secara mutlak, sehingga bebas dari nilai. Ia adalah bukan model demokrasi yang
dapat dijalankan sepanjang sejarah dan perubahan zaman.
_____________________
3Bankab,
Qiraat fi al-Nafs al-Ijtima’I, New York, 1947, hlm. 315-330
4Lihat,
Nadzriyat al-Qiyadah al-Haditsah Ka Nadzriyah al-Mauqif wa Nadzriyat Ma
Ba’da Nadzriyat.
C.
Pilar-pilar
Kepemimpinan
Budaya
perusahaan, arah dan bentuk manajemen sebuah perusahaan atau organisasi
tergantung dalam kemampuan kepemimpinan seorang pemimpin, guna mencapai tujuan
yang diinginkannya. Hal ini bisa dipengaruhi dengan faktor-faktor internal dan
eksternal yang secara intens berinteraksi dengan dinamika perusahaan.
Artinya
keberhasilan perusahaan dalam mencapai target dan tujuannya, tidak hanya dari
prosedur, peraturan, standar operasi, sumber daya insani atau infrastruktur
perusahaan. Namun juga, akan menuntukan kinerja perusahaan dalam mencapai
tujuannya.
Sorang
pemimpin mempunyai peran yang sangat besar dalam menentukan maju tidaknya suatu
perusahaan. Untuk itu, menjadi seorang pemimpin harus mempunyai beberpa
kompetensi yang mencerminkan pilar-pilar sebuah kepemimpinan, yaitu sebagai
berikut :
1. Kemampuan
Strategis
Kemampuan
ini diartikan sebagai kemampuan seorang pemimpin untuk mengetahui kondisi
sosial-politik yang melingkupi operasional organisasi yang dipimpinnya.
Kemampuan untuk mengolah kekuatan internal yang dimiliki dengan hambatan
eksternal guna mengwujudkan tujuan yang di ingkinkan. Maka kemampuan strategi
dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membuat perencanaan strategis serta
program-program yang harus dijalankan untuk mewujudkan tujuan yang sudah
disepakati bersama.
2. Kemampuan
Interpersonal
Kemampuan
pemimpin untuk membina hubungan baik, berkomunikasi dan berinteraksi dengan
para bawahan dan seluruh elemen perusahaan. Hal ini menjadi persyaratan mutlak
seorang pemimpin perusahaan untuk menjalankan perusahaan agar terjadi kesatuan
pemahaman. Dengan ini pemimpin bisa memperngaruhi bawahannya supaya menjalankan
tugas dan tanggung jawabnya dengan jujur, amanah, ikhlas dan profesional.
Kewajiban
yang harus ditunaikan pemimpin kepada bawahannya :
a. Menunjukan
suri teladan yang baik atas segala aktivitas yang dilakukannya.
b. Memiliki
interaksi sosial yang baik dengan bawahan, konsen terhadap persoalan mereka dan
berlaku adil.
c. Mengajak
bawahan untuk bermusyawarah dan menghormati pendapat mereka.
d. Melatih
bawahan untuk menjalankan tugas dengan amanah.
e. Memiliki
kepercayaan terhadap kemampuan bawahan dan mendelegasikan beberapa wewenang.
f. Melakukan
inspeksi, pengawasan dan audit terhadap kinerja bawahan secara amanah.
3. Suri
Tauladan
Tugas
utama seorang pemimpin adalah memberikan contoh dan suri tauladan kepada
bawahannya dalam menjalankan tugas-tugas perusahaanya. Ia mewajibkan
berperilaku lurus dan sesuai denga prosedur yang ada serta teguh dalam
menjalankan tanggung jawab dengan penuh kesabaran, amanah dan pengorbanan.
Serta harus sesuai dengan ketentuan yang telah diturunkan Allah.
4. Berakhlak
mulia, Adil dan Penyayang
Seorang
pemimpin harus lembut, bijaksana dan adil dalam memberikan keputusan kepada
masyarakat. Perhatian dalam persoalan rakyat, memberikan nasehat pada mereka
melakukan salah dan memberikan semangat (motivasi) jika mereka melakukan
kebenaran. Memberikan argumen kepada mereka secara bijaksana, sehingga mereka
merasa nyaman dengan pendapatnya. Sifat dan karakter ini lebih melekat dalam
diri Rasulullah dan para Khulafaur Rasyidin.
5. Musyawarah
dan Partnership
Seorang
pemimpin diwajibkan untuk bermusyawarah dengan para bawahannya, Karena akal dan intelektual manusia tidak
mungkin mengusai semua persoalan dan pendapat orang lebih dapat bisa di
pertanggung jawabkan daripada pendapat sendiri. Ini merupakan salah satu prinsip
islam dan wajib di pegang dalam kehidupan.
6. Pelatihan
Pelatihan
merupakan suatu elemen penting untuk meningkatkan kemampuan seorang pemimpin
dalam menjalankan sebuah perusahaan/organisasi. Tujuan pelatihan adalah untuk
mendapat tenaga-tenaga handal di bidangnya yang profesional dan bertanggung
jawab dengan sebaik mungkin. Pada tahap awal pengembanggan islam Rasulullah
konten mengembangkan pribadi-pribadi yang unggul akan menempati posisi
strategis bagi masa dengan islam. Beliau mengawali dengan pelatihan para ahli
fiqh selanjutkan mereka disebarkan keberbagai kota guna menyebarkan agama
islam.
Dalam
rangka memperluas wilayah jazirah Arab rasulullah mengutus beberapa sahabat
untuk belajar merakit senjata. Dan juga memperkenankan para wanita untuk ikut
serta dalam perang yang sebelum itu diberi pengarahan atau pelatihan dalam
berperang/
7. Pendelegasian
Pendelegasian
wewenang dan tanggung jawab merupakan persoalan penting demi kemaslahatan
seorang pemimpin. Hal ini mengingat kalau pemimpin juga manusia biasa yang
mempunyai keterbatasan dan tidak mamapu menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya. Oleh karena itu, pemimpin harus mendelegasikan sebagian wewenang
kepada bawahan untuk menjalankan tugas-tugasnya. Dengan ini para bawahan akan
merasa telah mendapatkan kepercayaan dari pemimpin untuk mengembangkan tanggung
jawab dan memicu motivasi untuk menjalankan tugas secara amanah, bertanggung
jawab dan profesional.
8. Pengawasan
dan Auditing
Keduanya
merupakan kewajiban derivatif setelah pemimpin mendelegasikan wewenang dan
tanggung jawab kepada bawahannya. Pengawasan dan kotrol harus tetap dijalankan
agar para bawahan menjalankan tugasnya sesuai prosedur dan tetap konsisten
terhadap tujuan yang ingin dicapainya, sehingga mereka bertanggug jawab
terhadap kewajibannya.
9. Kemampuan
Teknis
Pengetahuan
dan kemampuan khusus yang dimiliki sorang pemimpin untuk menjalankan tugas dan
tanggung jawab dengan sebaik mungkin atau kemampuan terhadap alat tertentu guna
kelancaran pekerjaan. Seorang pemimpin yang mempunyai kemampuan ini akan
menjadi panutan bagi bawahannya serta mereka akan menjadikannya referensi
tentang sesuatu yang tidak mereka ketahui, sehingga mereka akan sangat hormat
kepadanya.
Namun
kemampuan ini tidak untuk menyelesaikan persoalan secara mendetail, karena
waktunya sudah terkuras untuk manajemen organisasi. Setidaknya kemampuan ini
bisa dipergunakan untuk membuat perencanaan, penentuan aktivitas kerja,
pendelegasiannya kepada bawahan kemudian dilaukan pengawasan dan kontrol kepada
bawahan agar mereka konsisten dalam menjalankan perencanaan.
Rasulullah
merupakan contoh ideal bagi para sahabat dalam menyelesaikan suatu persoalan
beliau mengerjakan dengan tangannya untuk membangun masjid madrasah bersama
sahabat serta berada para barisan terdepan dalam perang sehingga darah menetis
dari lukanya.
10. Kenyakinan
terhadap tujuan dan menjelaskan kepada jamaah
Kenyakinan
terhadap tujuan dan sunguh-sunguh dalam merealisasikannya, merupakan pilar bagi
keberhasilan seorang pemimpin. Para pemimpin muslim memberikan contoh ideal
tentang kekuatan kenyakinanmereka terhadap tujuan. Konsisten dalam mengwujudkan
tujuan tersebut dengan segenap pengorbanan harta dan jiwa. Rasulullah dan
pamannya, Abu Thalib mencerminkan kuatnya kenyakinan nabi saw terhadap tujuan
yang diinginkannya dan mempunyai tekad yang kuat dalam mengwujudkannya
Kenyakinan
terhadap tujuan tidak akan sempurna kecuali di transfer ke seluruh lapisan
masyarakat agar mereka dapat memahami dan menajdikan pemimpin sebagai suri
tauladan untuk mereka realisasikan.
11. Kemampuan
melakukan perencanaan dan pengorganisasian
Keduanya
merupakan standar dan faktor pembeda antara pemimpin dan lainnya. Yaitu,
kemampuan untuk melaksakan perencanaan, membutuhkan program dan kebijakan serta
mendelegasikan kepada orang yang berkompeten dengan sumber daya yang dimiliki.
Fakta
membuktikan dengan tidak matangnya suatu perencanaan dan pengorganisasian
walaupun sumber daya cukup melimpah maka perusahaan atau organisasi akan gagal
karena tidak sampai pada tujuan yang telah ditetapkan.
12. Bertanggung
Jawab
Pembeda
kedua antara pemimpin dan lainnya adalah keberanian untuk bertanggung jawab
terhadap pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Ia tidak pernah lari dari
tanggung jawabnya karena itu adalah konsekuensi dari pekerjaan yang ia geluti
walaupun harus berkorban. Untuk menangung tanggung jawab, ia harus melalui
beberapa persiapan guna menangani beberapa persoalan terkait pekerjaan, serta
keberanian untuk mengambil suatu keputusan dengan segala konsekuensinya.
Pemimpin
dengan tanggung jawab mutlak dibutuhkan terlebih pada lingkungan yang tidak
kondusif. Dia akan melakukan pekerjaan dengan baik, walaupun dalam kondisi
buruk. Dalam kondisi ini, peran bawahan sangat diperlukan untuk menymbang
pemikiran dan bersama-sama untuk menetapkan keputusan, dengan tingkat kerugian
dan pengorbanan seminimal mungkin.
13. Mengembangkan
Organisasi
Seorang
pemimpin harus bisa mengembangkan perusahaannya jangan cepat merasa puas dengan
hasil yang telah tercapai, tetapi harus tetap melihat kedepan karena zaman akan
selalu berubah oleh karena itu dibutuhkan inovasi, terobosan-terobosan baru dan
program-program terhadap perusahaan yang ia pimpin serta pengawasan terhadap
kinerja bawahan agar tidak terjadi
perusahaan yang mengalami kemunduran.
Selain
itu untuk mengembangkan perusahaan pemimpin harus senantiasa berdiskusi dengan
para ahli dan pakar yang memiliki segudang pengalaman.
D. Tipe-tipe
Kepemimpinan
Tipe kepemimpinan sering disebut juga
sebagai gaya kepemimpinan. Baharudin (2013:174) menyebutkan ada delapan gaya
kepemimpinan, diantaranya :
a. Tipe
Otokrasi
Kepemimpinan Otokrasi disebut juga
kepemimpinan diktator atau direktif. Pemimpin yang menganut pendekatan ini
mengambil keputusan tanpa berkonsultasi dengan para karyawan yang harus
melaksanakannya atau karyawan yang dipengaruhi keputusan tersebut (Fandi
Tjiptpono dan Anastasia Diana, 2000:161).
b. Kepemimpinan
Demokrasi
Gaya atau tipe kepemimpinan demokrasi
dikenal dengan istilah konsensus. Pemimpin yang menganut pendekatan ini
melibatkan para karyawan yang melaksanakan keputusan dalam proses pembuatannya,
walaupun yang membuat keputusan akhir adalah pemimpin. (Fandi Tjiptpono dan
Anastasia Diana, 2000:161).
c. Kepemimpinan
Laisser Faire
Kepemimpinan Laisser Faire disebut juga
gaya kepemimpinan yang bebas. Gaya kepemimpinan ini lebih banyak menekankan
pada keputusan kelompok.
d. Kepemimpinan
Partisipatif
Kepemimpinan Partisipatif dikenal dengan
istilah kepemimpinan terbuka bebas. Pemimpin yang menganut pendekatan ini hanya
sedikit memegang kendali dalam proses pengambilan keputusan. Ia hanya sedikit
menyajikan informasi mengenai permasalahan dan memberikan kesempatan kepada
anggota tim untuk mengembangkan strategi dan pemecahannya. (Baharudin,
2013:178).
e. Kepemimpinan
Paternalistik
Gaya kepemimpinan ini bersifat
kebapakan. Pemimpin ini selalu memberikan perlindungan kepada bawahan dalam
batas-batas kewajaran.
f. Kepemimpinan
Berorientasi Tujuan
Gaya kepemimpinan ini disebut juga
kepemimpinan berdasarkan hasil atau sasaran. Penganut pendekatan ini meminta
anggota tim untuk memusatkan perhatian pada sebuah tujuan. Hanya strategi yang
dapat menghasilkan kontribusi nyata dapat diukur dalam mencapai tujuan
organisasi yang dibahas. (Baharudin, 2013:178)
g. Kepemimpinan
Militeristik
Kepemimpinan militeristik tidak hanya
terdapat di kalangan militer saja tetapi banyak juga yang terdapat pada
instansi sipil.
h. Kepemimpinan
Situasional
Gaya kepemimpinan ini
dikenal dengan gaya kepemimpinan yang tidak tetap atau kontingensi. Gaya
kepemimpinan situasional akan menerapkan suatu gaya tertentu berdasarkan
pertimbangan atas faktor-faktor pemimpin, pengikut, situasi.