Kamis, 02 Oktober 2014

Makalah Pembudidayaan Jamur Tiram



KARYA TULIS ILMIAH
BUDIDAYA JAMUR  TIRAM
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
 mata pelajaran Bahasa Indonesia

Disusun Oleh :
Wulan Agustina
XI - IPA 5



KATA PENGANTAR

            Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan syukur kami panjatkan kepada pencipta alam beserta isinya Allah yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan berjuta karunia dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun serta menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Budidaya Jamur Tiram”.
Selama proses penyusunan karya ilmiah ini penulis mendapatkan banyak rintangan dan kesulitan. Namun berkat doa, bimbingan, motivasi, serta arahan dari berbagai pihak, semuanya dapat penulis lewati, sehingga mampu menyelesaikan karya ilmiah ini. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat penulis mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan kepada ibu Iis Ekawati, S.Pd selaku pembimbing dalam penulisan karya tulis ilmiah ini. Serta rekan-rekan yang telah memberikan motivasi serta semangat selama proses penyusunan karya ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan khususnya dari Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk dijadikan pedoman pada penulisan berikutnya. Harapan kami semoga penulisan karya tulis ilmiah ini bisa bermanfaat bagi pembaca umumnya dan khususnya bagi penulis. Amin..

Tasikmalaya,    Mei 2014


          Penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.............................................................................................................. 1
B.     Rumusan Masalah......................................................................................................... 2
C.     Tujuan Penelitian.......................................................................................................... 2
D.    Mamfaat Penelitian....................................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI
A.    Definisi Jamur............................................................................................................... 4
B.     Kandungan Gizi Jamur................................................................................................. 5
C.     Syarat Tumbuhnya Jamur............................................................................................. 7
BAB III METODE PENELITIAN
A.    Tempat Dan Waktu Penelitian.................................................................................... 11
B.     Subjek Penelitian........................................................................................................ 11
C.     Instrumen Penelitian................................................................................................... 11
D.    Prosedur Penelitian..................................................................................................... 11
BAB IV HASIL PENELITIAN
A.    Persiapan Pembudidayaan Jamur................................................................................ 12
B.     Proses Pembudidayaan Jamur..................................................................................... 13
C.     Pengendalian Hama Penyakit Jamur Tiram................................................................ 14
D.    Pengemasan Dan Transportasi Hasil Panen Jamur Tiram.......................................... 16
BAB V PENUTUP
A.    Kesimpulan................................................................................................................. 18
B.     Saran........................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
 
BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Usaha budidaya jamur tiram seringkali mengalami kegagalan karena teknik dan cara budidaya yang kurang benar. Meskipun gampang, perlu diperhatikan faktor-faktor seperti lingkungan, kebersihan, serta konsistensi selama perawatan. Jika faktor-faktor tersebut tidak bisa dipenuhi dengan baik maka hasilnya pun kurang optimal bahkan besar kemungkinan berpotensi mendatangkan kegagalan. oleh karena itu harus ada pengetahuan khusus terhadap budidaya tersebut.
Jamur tiram putih berwarna putih agak krem dengan diameter tubuh 3-14 cm. Jamur ini memiliki miselium.  Tubuh buah jamur inilah yang bernilai ekonomis tinggi dan menjadi tujuan dari budidaya jamur tiram. Teknik budidaya jamur tiram mulai dari persiapan hingga pasca panen sangat perlu diperhatikan agar pelaku usaha benar-benar memahami sehingga lebih menguasai dalam pemeliharaan maupun pengendalian hama tanaman. Sehingga tidak kegagalan dalam usaha budidaya jamur ini.
Jamur tiram dapat tumbuh dan berkembang dalam media yang terbuat dari serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastic. Pertumbuhan jamur tiram sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, kita harus mengetahui mengenai kondisi yang cocok untuk pertumbuhannya sebelum kita melakukan budidaya jamur tiram.
Pada kehidupan alaminya jamur ini tumbuh di hutan dan biasanya tumbuh berkembang dibawah pohon berdaun lebar atau dibawah tanaman berkayu. Hal ini penting untuk jadi patokan dalam melakukan budidaya jamur tiram dan perlu diingat Jamur Pleurotus ini tidak memerlukan cahaya matahari yang banyak .
Jamur tiram adalah salah satu jamur yang sangat laku di pasaran saat ini sebagai salah satu bahan makanan. Namun jamur tersebut sangatlah sulit untuk ditemukan di alam saat ini dan kemunculannya juga hanya sedikit. Dari sebab itu di perlukanlah suatu budidaya jamur tiram untuk memenuhi permintaan pasar. Dan tidak sedikit jamur yang berasal dari indonesia di impor ke luar negri.
Selain sebagai bahan makanan produksi jamur tiram juga dapat menjadi sebuah usaha menjanjikan dan dapat mengurangi penganguran yang ada saat ini karena pengangguran setiap tahun semakin meningkat.


B.   Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1.      Apa saja persiapan yang harus dilakukan dalam budidaya jamur tiram?
2.      bagaimana proses dalam penanaman jamur tiram?
3.      Bagaimana cara pengendalian hama penyakit dalam budidaya jamur tiram?
4.      Bagaimana pengemasan dan transportasi hasil panen jamur tiram?


C.   Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang penulis teliti, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui persiapan-persiapan yang harus dilakukan dalam pembudidayaan jamur tiram.
2.      Mengetahui bagaimana proses penanaman jamur tiram.
3.      Mengetahui cara bagaimana pengendalian hama penyakit dalam proses pembudidayaan jamur tiram.
4.      Mengetahui bagaimana proses pengemasan dan pengiriman jamur tiram yang siap dipasarkan.

D.   Mamfaat Penelitian
Penyusun mengharapkan karya tulis ilmiah ini bisa bermamfaat bagi siapun yang membacanya, baik secara teoritis maupun praktis. Agar makin banyak yang bisa membudidayakan tamana jamur dan dapat menggurangi pengganguran yang ada saat ini yang semakin hari semakin tidak terkendali.



BAB II
LANDASAN TEORI
Budidaya jamur merupakan salah satu usaha peningkatan ekonomi dan pangan yang sangat marak berkembang di masyarakat belakangan ini, bisnis dari budidaya jamur memang menjanjikan hasil yang lumayan saat ini, maka dari itu banyak masyarakat yang turut serta dalam usaha budidaya jamur ini. Selain mudah dalam proses pengerjaannya, budidaya jamur tidak membutuhkan modal yang terlalu besar sehingga sangat tepat diterapkan pada masyarakat yang taraf ekonominya sedang ataupun rendah.
Jamur memiliki manfaat yang beragam dalam kehidupan sehari-hari antara lain sebagai bahan pangan maupun sebagai bahan pembuatan obat yang dapat berbagai macam penyakit kronis. Sebagai bahan pangan, jamur tiram dapat dikonsumsi sebagai campuran sayur sop, jamur krispi maupun keripik jamur. Banyak restoran berkelas yang mengandalkan hidangan utamanya adalah berbahan dasar dari jamur, dan bisa dikonsumsi juga sebagai bahan pengobatan.
Jamur memiliki banyak manfaat bagi kesehatan manusia, protein nabati yang tidak mengandung kolesterol dapat digunakan sebagai obat pencegah timbulnya penyakit darah tinggi dan serangan jantung, serta dapat mencegah penyakit diabetes dan mengurangi berat badan atau obesitas. Kandungan asam folat yang tinggi dapat menyembuhkan penyakit anemia dan obat anti tumor, juga dapat digunakan untuk mencegah dan menanggulangi kekurangan gizi dan pengobatan kekurangan zat besi.
Dengan banyaknya manfaat tersebut, maka tidak salah jika pada jurusan Tadris Biologi IAIN Walisongo Semarang mencoba mempraktekkan sebagai bentuk realisasi mata kuliah bioteknologi. Dengan adanya praktek lapangan seperti ini, diharapkan mahasiswa dapat berlatih untuk membudidayakan jamur yang bermanfaat dalam kehidupan manusia yang nyata dan nantinya dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari.
Salah satu praktikum dari budidaya jamur adalah budidaya jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) yang juga memiliki banyak manfaat. Tahap yang diperlukan untuk budidaya jamur yaitu tahap pencampuran bahan, tahap pembuatan log, tahap sterilisasi log, tahap inokulasi bibit jamur ke dalam log, tahap inkubasi log, dan pengamatan pertumbuhan miselium serta tahap penanaman log.

A.    Definisi Jamur Tiram   
Jamur tiram merupakan jamur yang berasal dari Divisi Basidiomycotina dari jenis pleurotus (jamur kayu) yang tempat hidupnya atau habitatnya di potongan-potongan kayu. Nama Bassidiomycota itu sendiri berasal dari Bahasa Latin yaitu Bassidium yang berarti “alatkecil “ , suatu tahapan diploid sementara dalam siklus hidup organisme tersebut. Bentuk bassidiom tersebut bentuknya mirip payung dan gada sehingga fungi tersebut juga dikenal dengan nama umum fungi gada (club fungi). [ Mohammad Amin ].
 Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii dan sering dikenal dengan sebutan King Oyster Mushroom. [Neil A. Cambell]. 
Basidiomycotina merupakan pengurai penting bagi kayu dan bagian tumbuhan lainnya. Divisi basidiomycotina ini juga mencakup mutualis yang membentuk mikorhiza dan parasit tumbuhan. Jamur tiram bersifat makroskopis hifan

1.      Karakteristik Jamur Tiram
a)         Karakteristik Jamur Tiram Secara Umum :
oHeterotrofsaprofit
o    Multiseluler.
o    Tubuh disusun oleh hifa dan miselium dan tubuh buah.
o    Hifa bersekat.
o    Spora dihasilkan oleh sel basidium melalui reproduksi secara seksual.
o    Reproduksi menghasilkan spora dilakukan melalui 2 cara :
1)        Aseksual :dilakukan saat kondisi lingkungan mendukung.
2)        Seksual   : dilakukan bila kondisi lingkungan kurang mendukung
Ø  Alat reproduksi seksual Basidiommycota berupa Basidium.
Ø  Basidium merupakan badan yangberasal dari sebuah sel yang membesar, selanjutnya membentuk empat tonjolan .
Ø  Tonjolan dengan sel induknya dipisahkan oleh sekat hingga akhirnya dihasilkan empat sel yang masing- masing dengan sebuah Basidiospora.
Ø  Seluruh basidium berkumpul membentuk badan yang disebut basidiokarp.
Ø  Bentuk basidiokap bervariasi, ada yang seperti papan, paying, bola, dan ada yang tidak beraturan.
b)         Karakteristik Jamur Tiram Secara Khusus :
o    Tubuh buah jamur tiram memiliki tangkai yang tumbuh menyamping (bahasa Latin: pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus) sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus.
o    Bagian tudung dari jamur tersebut berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir licin, diameter 5-20 cm yang bertepi tudung mulus sedikit berlekuk.
o    Selain itu, jamur tiram juga memiliki spora berbentuk batang berukuran 8-11×3-4μm serta miselia berwarna putih yang bisa tumbuh dengan cepat.
o    Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk.
o    Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu.
o    Untuk itu, saat ingin membudidayakan jamur ini, substrat yang dibuat harus memperhatikan habitat alaminya.
o    Media yang umum dipakai untuk membiakkan jamut tiram adalah serbuk gergaji kayu yang merupakan limbah dari penggergajian kayu
o    Budi daya jamur tiram dapat pula menggunakan substrat jerami dengan tahapan tertentu
o    Jamur tiram tidak memerlukan cahaya matahari yang banyak, di tempat terlindung miselium jamur akan tumbuh lebih cepat daripada di tempat yang terang dengan cahaya matahari berlimpah.

B. Kandungan Gizi Jamur Tiram :
Berdasarkan penelitian Sunan Pongsamart, biochemistry, Faculty of Pharmaceutical Universitas Chulangkorn, jamur tiram mengandung : protein, air, kalori, karbohidrat, dan sisanya berupa serat zat besi, kalsium, vitamin B1, vitamin B2, dan vitamin C.
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan bahan makanan bernutrisi dengan kandungan protein tinggi, kaya vitamin dan mineral, rendah karbohidrat, lemak dan kalori. Jamur ini memiliki kandungan nutrisi seperti vitamin, fosfor, besi, kalsium, karbohidrat, dan protein. Untuk kandungan proteinnya, lumayan cukup tinggi, yaitu sekitar 10,5-30,4%.Komposisi dan kandungan nutrisi setiap 100 gram jamur tiram adalah 367 kalori, 10,5-30,4 persen protein, 56,6 persen karbohidrat, 1,7-2,2 persen lemak, 0.20 mg thiamin, 4.7-4.9 mg riboflavin, 77,2 mg niacin, dan 314.0 mg kalsium. Kalori yang dikandung jamur ini adalah 100 kj/100 gram dengan 72 persen lemak tak jenuh. Serat jamur sangat baik untuk pencernaan. Kandungan seratnya mencapai 7,4- 24,6 %.
Kandungan gizi jamur tiram menurut Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian. Protein rata-rata 3.5 – 4 % dari berat basah. Berarti dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan asparagus dan kubis. Jika dihitung berat kering. Kandungan proteinnya 10,5-30,4%.Sedangkan beras hanya 7.3%, gandum 13.2%, kedelai 39.1%, dan susu sapi 25.2%. Jamur tiram juga mengandung 9 macam asam amino yaitu lisin, metionin, triptofan, threonin, valin, leusin, isoleusin, histidin, dan fenilalanin.
Hasil studi di Massachusett University menyimpulkan bahwa riboflavin, asam Nicotinat,Pantothenat, dan biotin (Vitamin B) masih terpelihara dengan baik meskipun jamur telah dimasak.
Hasil penelitian dari Beta Glucan Health Center menyebutkan bahwa jamur tiram(Pleurotus ostreatus) mengandung senyawa Pleuran (di Jepang, jamur tiram disebut Hiratakesebagai jamur obat), mengandung protein (19-30 persen), karbohidrat (50-60 persen), asamamino, vit B1 (thiamin), B2 (riboflavin), B3 (Niacin), B5 (asam panthotenat), B7 (biotin), Vit Cdan mineral Calsium, Besi, Mg, Fosfor, K, P, S, Zn. Dapat juga sebagai antitumor,menurunkan kolesterol, dan antioksidan.
72% Lemak dalam jamur tiram adalah asam lemak tidak jenuh sehingga aman dikonsumsi baik yang menderita kelebihan kolesterol (hiperkolesterol) maupun gangguan metabolisme lipid lainnya. 28% asam lemak jenuh serta adanya semacam polisakarida kitin di dalam jamur tiram diduga menimbulkan rasa enak. Jamur tiram juga mengandung vitamin penting, terutama vitamin B, C dan D. vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin), niasin dan provitamin D2 (ergosterol), dalam jamur tiram cukup tinggi. Mineral utama tertinggi adalah Kalium, Fosfor, Natrium, Kalsium, dan Magnesium. Mineral utama tertinggi adalah : Zn, Fe, Mn, Mo, Co, Pb Konsentrasi K, P, Na, Ca dan Me mencapai 56-70% dari total abu dengan kadar K mencapai 45%. Mineral mikroelemen yang bersifat logam dalam jarum tiram kandungannya rendah, sehingga jamur ini aman dikonsumsi setiap hari.

C.    Syarat Tumbuh JamurTiram
a.      IKLIM
1)      Temperature
Serat (miselium) jamur tiram putih tumbuh dengan baik pada kisaran suhu antara 23-28 °C, artinya kisaran temperature normal untuk pertumbuhannya.  Waluapun begitu, dengan temperature di bawah 23 °C, miselium jamur masih dapat tumbuh meskipun memerlukan waktu yang lebih lambat.
Sedangkan untuk pertumbuhan tubuh buahnya yang bentuk seperti cangkang tiram, memerlukan kisaran suhu antara 13-15 °C selama 2 samapai 3 hari.
Bila nilai temperature rendah tersebut tidak didapatkan, maka ada dua kemungkinan yang terjadi, yaitu pertumbuhan tumbuh buah jamur tidak akan terbentuk, yang berarti pemeliharaan tidak berhasil, atau walaupun terbentuk maka waktu yang diperlukan akan lama.
Tetapi walaupun demikian fase kedua jamur tiram putih tersebut masih dapat tumbuh pada rentang suhu 12-37,8 °C.

2)      Kelembapan
Kandungan air di dalam subtract sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan miselium jamur.
Terlalu sedikit air akan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu, bahkan terhenti sama sekali. Namun, apabila terlalu banyak air, miselium akan membusuk dan mati. Kandungan air didalam subtract tanaman akan didapat dengan baik bila dilakukan penyiraman.
Jamur tumbuh baik dalam keadaan yang lembab, tetapi tidak menghendaki genangan air. Miselium jamur tiram tumbuh optimal pada subtract yang memiliki kandungan air sekitar 60%. Sedangkan untuk merangsang pertumbuhan tunas dan tubuh buah, memerlukan kelembapan udara sekitar 70-85%.

3)      Cahaya
Miselium jamur tiram putih tumbuh optimal pada keadaan gelap. Sebaliknya, tubuh buah jamur tidak dapat tumbuh pada tempat gelap. Cahaya diperlukan untuk merangsang pertumbuhan tubuh buah. Tangkai jamur akan tumbuh kecil dan tudung tumbuh abnormal bila saat pertumbuhan primordial tidak memperoleh penyiraman.
Akan tetapi, cahaya matahari yang menembus secara langsung dapat merusak dan menyebabkan kelayuan, serta ukuran tudung yang relative kecil. Pertumbuhan jamur hanya akan memerlukan cahaya yang bersifat menyebar. Oleh karena itu, diperlukan peneduh pohon di dekat bangunan tempat pemeliharaan jamur.

4)      Udara
Jamur tiram putih adalah tanaman saprofit fakultatif aerobic yang membutuhkan oksigen sebangai senyawa untuk pertumbuhannya. Sirkulasi udara yang lancer akan menjamin pasokan oksigen. Terbatasnya pasokan oksigen udara disekitar tempat tumbuh jamur dapat mengganggu pertumbuhan tubuh buah.
Jamur tiram juga yang tumbuh pada tempat yang kekurangan oksigen memiliki tubuh buah kecil dan abnormal. Tubuh buah jamur yang tumbuh pada tempat yang kekurangan oksisgen akan mudah layu  dan mati. Jamur tiram juga memerlukan sirkulasi udara segar untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu, harus diberi ventilasi agar pertukaran udara dapat berjalan secara baik.
Pertumbuhan miselium jamur memerlukan kandungan karbon dioksida yang agak tinggi, yaitu 15%-20%. Tetapi, jamur tiram yang tumbuh pada tempat yang mengandung karbo dioksida yang terlalu tinggi memiliki tubuh buah yang abnormal. Biasanya, tudung jamur tiram tumbuuh relative kecil dibandingkan tangkainya.

5)      Derajat Keasaman (pH)
Miselium jamur tiram putih tumbuh optimal pada pH media yang sedikit asam, yaitu antara 5,0-6,5. Nilai pH medium diperlukan untuk produksi metabolism dari jamur tiram putih, seperti produksi asam organic.
Kondisi asam dapat menyebabkan pertumbuhan miselium jamur tiram terganggu, tumbuh kontaminasi oleh jamur lain, bahkan menimbulkan kematian jamur tiram putih. Kondisi pH yang terlalu tinggi (basa), dapat menyebabkan system metabolism dari jamur tiram putih tidak efektif. Bahkan, menyebabkan kematian. Tubuh buah jamur tiram tumbuh optimal pada pH lingkungdn yang mendekati normal (pH 6,8-7,0).


b.      MEDIA TANAM
Secara tradisional, di Jepang, bibit ditanam di dalam lubang atau garisan di kayu kering. Pengeringan dilakukan dengan tenaga sinar matahari atau listrik. Dalam budidaya modrn, media tumbuh yang digunakan berupa kayu tiruan (log) yang dibuat dalam bentuk silinder.
1)        Nutrisi
Pertumbuhan yang optimal dapat dicapai bila lingkungannya sesuai serta tersedia nutrisiyang cukup. Protoplas sel memerlukan  nitrogen, fosfor, dan nutrisi lai. Karbon selain diperlukan untuk pembentukan protoplasma, juga diperlukan sebagai sumber energy. Sehingga karbon lebih banyak dibutuhkan  disbanding dengan nitrogen.
Nitrogen dibutuhkan untuk pembentukan asam nukleat. Sedangkan protein dan kitin diperlukan untuk pembentukan dinding sel jamur.
2)        Kehadiran Mikroorganisme lain
Media tempat tumbuh merupakan sumber energy utama bagi jamur tiram. Kehadiran mikroorganisme lain dapat menyebabkan persaingan dalam mendapatkan nutrisi,  sehingga jamur yang diharapkan tidak dapat tumbuh dengan optimal.
Bahkan, sebagian dari competitor tersebut dapat mengeluarkan senyawa yang bersifat toksin terhadap organism disekitarnya.
Sterilisasi media merupakan cara yang efektif untuk membebaskan media tanam dari kehadiran jasad asing di dalam media tanam yang tidak diharapkan.

c.       KETINGGIAN TEMPAT
Kondisi di atas lebih mudah dicapai didaerah dataran tinggi sekitar 700-800 m dpl. Kemungkinan budidaya jamur didataran rendah tidak mustahil, asalkan iklim ruang penyimpanan dapat diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan jamur.

d.      PEMBIBITAN
Bibit yang dapat digunakan adalah F3. Bibit ini dapat dibuat atau diperoleh dari petani jamur yang s udah bisa membuat bibit bibit jamur. Untuk membuat bibit sendiri, diperlukan alat dan bahan yang steril karena proses ini sangat rentan terhadap kontaminasi. Sterilisasi pembuatan bibit biasa menggunakan laminar flow atau transfer box.
BAB III
METODE PENELITIAN

A.   Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pabrik Pembudidayaan Jamur Tiram kampung Gawir, Desa Kamulyan Kec Manonjaya.
Waktu penelitian pada hari Kamis 15 Mei 2014.


B.   Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah petani pembudidayaan jamur tiram


C.   Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut :
1.      Melalui wawancara dengan pemilik pabrik pembudidayaan jamur tiram
2.      Melakukan observasi melalui internet dan melihat kelapangan.


D.   Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah sebagai berikut :
1.      Pergi ketempat penelitian.
2.      Wawancara dengan pemilik pembudidayaan jamur tiram.
3.      Melihat proses pembuatan jamur tiram.
4.      Melihat tanaman jamur tiram.
5.      Melihat pemanenan jamur tiram.


BAB IV
HASIL PENELITIAN

A.    Persiapan yang dilakukan dalam pembudidayaan jamur tiram
Sebelum melakukan penanaman, hal-hal yang menunjang budidaya jamur tiram harus sudah tersedia, diantaranya rumah kumbung baglog, rak baglog, bibit jamur tiram, dan peralatan budidaya. Bibit tanaman jamur tiram dapat dibeli di petani jamur tiram . Peralatan budidaya jamur tiram cukup sederhana, harga terjangkau, bahkan kita bisa memanfaat peralatan dapur.
Untuk mengoptimalkan hasil dalam usaha budidaya jamur tiram di dataran rendah dapat dilakukan dengan modifikasi terhadap bahan media dan takarannya, yakni dengan menambah atau mengurangi takaran tiap-tiap bahan dari standar umumnya. Dalam usaha skala kecil, eksperimen dalam menentukan takaran bahan media merupakan hal yang sangat penting guna memperoleh takaran yang pas. Hal ini mengingat jamur yang dibudidayakan di lingkungan tumbuh berbeda tentu membutuhkan nutrisi dan media yang berbeda pula tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Hingga saat ini belum ada standar komposisi media untuk budidaya jamur tiram di dataran rendah, sehingga petani memodifikasi media dan lingkungan berdasarkan pengalaman dan kondisi masing-masing.
Sebagai media tumbuh jamur tiram, serbuk gergaji berfungsi sebagai penyedia nutrisi bagi jamur. Kayu yang digunakan sebaiknya kayu keras karena serbuk gergaji kayu jenis tersebut sangat berpotensi dalam meningkatkan hasil panen jamur tiram.  Hal ini karena kayu keras banyak mengandung selulosa yang dibutuhkan oleh jamur. Jenis-jenis kayu keras yang bisa digunakan sebagai media tanam jamur tiram antara lain sengon, kayu kampung, dan kayu mahoni. Untuk mendapatkan serbuk kayu pembudidaya harus memperolehnya ditempat penggergajian kayu. Sebelum digunakan sebagai media biasanya sebuk kayu harus dikompos terlebih dahulu agar bisa terurai menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna oleh jamur. Proses pengomposan serbuk kayu dilakukan dengan cara menutupnya menggunakan plastik atau terpal selama 1-2 hari. Pengomposan berlangsung dengan baik jika terjadi kenaikan suhu sekitar 50 derajat C.
Wadah yang digunakan untuk meletakkan campuran media adalah kantong plastik bening tahan panas berukuran 20 cm x 30 cm. Adapun komposisi media sema adalah serbuk gergaji 100 kg; tepung jagung 10 kg; dedak halus atau bekatul 10 kg; kompos 0,5 kg; kapur 0,5 kg; dan air 50-60%. Ada dua hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan penanaman bibit jamur, yaitu sterilisasi bahan dan sterilisasi baglog.

B.   Proses dalam pembudidayaan jamur tiram
Adapun proses pembuatan jamur tiram adalah sebagai berikut
1.         Serbuk gergaji dipilih dan dibersihkan. Bagian yang besar dan tajam dibuang karena dapat merusak plastik substrat.
2.         Bahan yang sudah ada dicampur sesuai komposisi takaran dalam jolang / baskom plastik. Aduk sampai merata, jangan sampai ada gumpalan-gumpalan. Adapun bahan yang dicampurkan untuk menghasilkan 100 log adalah sebagai berikut :
·           Serbuk gergaji 10,5 kg
·           Tepung jagung 0,6 kg
·           Dedak halus 21 kg
·           TSP 1 kg
·           Kapur 3 buah Beri air secukupnya.
3.         Campuran bahan dimasukan ke dalam plastik transparan dengan ukuran 20 x 35 cm dan tebal 0,5. Media harus dipadatkan agar terbentuk log yang baik. Media yang bagus adalah kepadatannya merata. Jangan lupa, ujung plastik bagian bawah ditusuk jari telunjuk supaya masak. Hal ini dilakukan agar bahan yang dimasukkan dan dipadatkan bisa duduk posisinya (tidak miring). Pengisian dilakukan tidak terlalu penuh, tapi disisakan 15 cm untuk memudahkan dalam mengikat.
4.         Tiap log ditimbang beratnya, yaitu sebanyak 1,2 kg.
5.         Sisa ujung plastik ke dalam cincin dilipat keluar, lalu diikat mulut plastik tersebut dengan karet tahan panas.
6.         Tutup mulut log tersebut dengan kapaskemudian tutup lagi dengan kertas, lalu diikat lagi dengan karet.
7.         Dilakukan pengukusan terhadap log media selama 12 jam.
8.         Lamanya pengukusan dihitung setelah air di dalam drum mendidih.
9.         Setelah selesai pengukusan, media di angkat dari drum. Lalu, biarkan selama 8 jam atau sampai dingin pada ruangan yang tertutup. Untuk selanjutnya, dilakukan penanaman bibit.
10.     Setelah media dingin, baru dilakukan penanaman bibit, caranya:
·           Penanaman bibit dilakuan di ruangan tertutup
·           Semprot isi ruangan dengan alkohol 95%
·           Gunakan sarung sarung tangan dan semprot dengan alkohol 95%
·           Untuk memudahkan penanaman bibit, media yang akan diinokulasi disimpan di depan dekat tangan kiri. Bibit yang akan ditanamkan disimpan di depan dekat tangan kanan. Antara media yang akan ditanami dan bibit, disimpan lampu spirtus.
·           Buka karet, kertas penutup, serta kapas penutup media.
·           Masukkan 3 sendok makan bibit untuk satu log media.
·           Setiap gerakan sendok yang dipakai, dipanaskan dengan api dari lampu spirtus.
·           Media yang sudah ditanami bibit tersebut ditutup kembali dengan kapas.
·           Penanaman bibit dikerjakan dengan cepat, tetapi harus teliti.
11.     Media yang sudah ditanami bibit disimpan di atas rak.
12.     Biarkan sampai seluruh media diisi miselium jamur.
13.     Miselium tumbuh memenuhi log media. Setelah seluruh log media ditumbuhi miselium, tutup kapas dan cincin pada bagian atas log tersebut dibuka.
14.     Kelembapan lingkungan dipertahankan dengan menyemprot menggunakan sprayer.
15.     Tubuh buah yang sudah cukup mekar dapat dipanen.

C.   Pengendalian hama penyakit dalam budidaya jamur tiram
Selain pemeliharaan baglog, dalam budidaya jamur tiram juga perlu dilakukan perawatan untuk mencegah atau mengendalikan hama dan penyakit yang mungkin bisa menyerang jamur tiram. Hama dan penyakit yang menyerang jamur tiram tentu dipengaruhi oleh keadaan lingkungan maupun jamur itu sendiri. Sehingga antara tempat budidaya yang satu dan yang lain, serangan hama penyakit kemungkinan dapat berbeda-beda.
A.   HAMA PENYAKIT JAMUR TIRAM
a.       Ulat
Ulat merupakan hama yang paling banyak ditemui dalam budidaya jamur tiram. Ada tiga faktor penyebab kemunculan hama ini yaitu faktor kelembaban, kotoran dari sisa pangkal/bonggol atau tangkai jamur dan jamur yang tidak terpanen, serta lingkungan yang tida bersih.
Hama ulat muncul ketika kelembaban udara berlebihan. Oleh sebab itu, hama ulat sering dijumpai ketika musim hujan. Pencegahan menjadi solusi terbaik untuk mengatasi hama ini adalah dengan mengatur sirkulasi udara. Caranya dengan membuka lubang sirkulasi dan untuk sementara proses penyiraman keumbung dihentikan.
Pangkal jamur yang tertinggal di baglog saat pemanenan dapat menimbulkan binatang kecil seperti kepik. Kepik inilah yang menjadi penyebab munculnya hama ulat. Sementara jamur yang tidak terpanen kemungkinan terjadi karena jamur tidak muncul keluar sehingga luput saat pemanenan dan menjadi busuk. Hal ini menyebabkan munculnya ulat. Sebaiknya, ketika melakukan pemanenan baglog telah dipastikan kebersihannya sehingga tidak ada pangkal atau batang dan jamur yang tidak terpanen.
Ulat bisa saja muncul karena rumah kumbung ataupun sekitar kumbung tidak berseih. Misalnya adanya kandang ternak atau tanaman di sekitar rumah kumbung.
Untuk mencegah dan mengatasi serangan hama ulat, lakukan pembersihan rumah kumbung dan sekitar rumah kumbung dengan melakukan penyemprotan formalin.
b.       Semut, Laba-laba, dan Kleket
Secara mekanis hama semut dan laba-laba dapat diatasi dengan membongkar sarangnya dan menyiramnya dengan minyak tanah. Sedangkan secara kemis hama tersebut dapat dikendalikan dengan penyemprotan insektisida. Cara ini merupakan cara terakhir dan usahakan untuk menghindari penggunaan insektisida jika serangan tidak parah karena produk jamur merupakan produk organik. Keuntungan jika pemberantasan hama serangga dilakukan dengan cara mekanis antara lain, dapat memangkas biaya selama perawatan dan juga ramah lingkungan. Sementara itu hama kleket kerap dijumpai pada mulut baglog. Untuk mengendalikannya juga dilakukan dengan cara mekanis, yaitu mengambilnya dengan tangan.

c.        TUMBUHNYA CENDAWAN ATAU JAMUR LAIN
Jamur lain yang kerap mengganggu jamur tiram adalah Mucor sp., Rhizopus sp., Penicillium sp., dan Aspergillus sp. pada substrat atau baglog. Serangan jamur-jamur tersebut bersifat patogen yang ditandai dengan timbulnya miselium berwarna hitam, kuning, hijau, dan timbulnya lendir pada substrat. Miselium-miselium tersebut mengakibatkan pertumbuhan jamur tiram terhambat atau bahkan tidak tumbuh sama sekali. Penyakit ini dapat disebabkan karena lingkungan dan peralatan saat pembuatan media penanaman kurang bersih atau karena lingkungan kumbung yang terlalu lembab. Untuk mengatasi penyakit ini, lingkungan dan peralatan ketika pembuatan media dan penanaman perlu dijaga kebersihannya. Kelembaban di dalam kumbung juga diatur agar tidak berlebihan. Penyakit ini dapat menyerang baglog yang sudah dibuka ataupun masih tertutup. Jika baglog sudah terserang maka harus segera dilakukan pemusnahan dengan cara dikeluarkan dari kumbung kemudian dibakar. Tangkai Memanjang.
Penyakit ini merupakan penyakit fisiologis yang ditandai dengan tangkai jamur memanjang dengan tubuh jamur kecil tidak dapat berkembang maksimal. Penyakit tangkai memanjang disebabkan karena kelebihan CO2 akibat ventilasi udara yang kurang sempurna. Agar tidak terserang penyakit ini harus dilakukan pengaturan ventilasi dalam kumbung seoptimal mungkin.

D.   Pengemasan dan Transportasi Hasil Panen Jamur Tiram
Pengemasan jamur tiram segar biasanya menggunakan plastik kedap udara. Semakin sedikit udara yang ada di dalam plastik, jamur tiram semakin tahan lama untuk disimpan. Namun, idealnya penyimpanan dengan plastik kedap udara hanya dapat mempertahankan kesegaran jamur tiram selama 2-4 hari. Oleh karena itu, agar jamur tiram segar yang dijual tetap dalam kondisi baik, proses pengangkutan/transportasi tidak boleh terlalu lama dari proses pengemasannya. Seandainya jarak pengangkutan cukup jauh, sebaiknya alat transportasi dilengkapi dengan ruangan berpendingin. Namun untuk saat ini pemasaran jamur tiram hanya di sekitar kota tasikmalaya dan pemanenan jamur tiram hanya dilakukan 3 hari sekali dan banyak masyarakat yang ada di sekitar tempat pembudidayaan yang langsung membelinya ke tempat tersebut. Jadi ada kalanya jamur tiram sudah habis di beli oleh masyarakat sekitar. Dan jika ada jamur tiram yang tidak laku petani menggolahnya menjadi makanan misalnya jamur krispy maupun pepes jamur tiram.




BAB V
PENUTUP
A.   KESIMPULAN
Ternyata pembudidayaan jamur itu tidaklah mudah ada beberapa tahapan yang harus dilalui dan butuh kesabaran, ketelatenan dan keuletan dalam menjaga jamur tersebut supaya tidak terkena hama penyakit yang dapat menumbulkan gagal panen. Keberhasilan pembudidayaan jamur itu sendiri terletak pada kebersihan yang dilakukan pembudidaya terhadap tanaman jamur. Mulai dari persiapan penanaman jamur, sterilisasi bahan, sterilisasi bagbog hingga penanaman bibit jamur tersebut ke bablog tidak cukup sampai di sisni saja petani juga harus tetap menjaga suhu yang ada di ruangan pembudidayaan tetap stabil untuk memperoleh hasil yang maksimal atau jamur yang berukuran besar yang sangatlah laku di pasaran.
Pemanenan jamur tiram dilakukan 30 hari setelah pembibitan dimulai. Atau setelah 2-3 minggu hingga buah berbentuk. Setelah pemanenan jamur tiram haruslah di sortir terlebih dahalu untuk membagi hasil yang besar dan kecil bisasnya hasil yang besar oleh petani langsung di jual ke pasaran namun untuk hasil yang kecil petani pengolah kembali jamur tersebut menjadi makanan misal jamur krispy yang di jual di sekitar pembudidayaan tersebut. Pengemasan jamur tiram yang akan di jual kepasaran dengan menggunakan plastik kedap udara supaya jamur dapat bertahan lama atau jika jamur tidak laku bisa di simpan di lemari pendingan agar jamur tetap segar.



B.   SARAN
-            Hendaknya kita sebagai generasi muda dan pelajar mau mengetahi proses dalam pembudidayaan jamur tiram.
-            Pembudidayaan tanaman jamur harus ditingkatkan guna mengwujudkan kebutuhan pasar dan menggurangi pengangguran yang ada saat ini.
-            Kegiatan pembudidayaan harus di perkenalkan kepada generasi muda atau pelajar, hal ini dapat dilakukan dengan adanya campur tangan dari orang tua, pihak sekolah maupun masyarakat yang ada di sekitar lingkungan mereka.


DAFTAR PUSTAKA