KARYA TULIS ILMIAH
BUDIDAYA JAMUR TIRAM
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas
mata pelajaran Bahasa Indonesia
Disusun
Oleh :
Wulan
Agustina
XI
- IPA 5
KATA
PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji
dan syukur kami panjatkan kepada pencipta alam beserta isinya Allah yang Maha
Kuasa yang telah melimpahkan berjuta karunia dan nikmat-Nya sehingga penulis
dapat menyusun serta menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Budidaya Jamur
Tiram”.
Selama
proses penyusunan karya ilmiah ini penulis mendapatkan banyak rintangan dan
kesulitan. Namun berkat doa, bimbingan, motivasi, serta arahan dari berbagai
pihak, semuanya dapat penulis lewati, sehingga mampu menyelesaikan karya ilmiah
ini. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat penulis mengucapkan rasa terima
kasih dan penghargaan kepada ibu Iis Ekawati, S.Pd selaku pembimbing dalam
penulisan karya tulis ilmiah ini. Serta rekan-rekan yang telah memberikan
motivasi serta semangat selama proses penyusunan karya ilmiah ini.
Penulis
menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang
konstruktif sangat kami harapkan khususnya dari Guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia untuk dijadikan pedoman pada penulisan berikutnya. Harapan kami
semoga penulisan karya tulis ilmiah ini bisa bermanfaat bagi pembaca umumnya
dan khususnya bagi penulis. Amin..
Tasikmalaya, Mei 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................
i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang..............................................................................................................
1
B. Rumusan
Masalah.........................................................................................................
2
C. Tujuan
Penelitian..........................................................................................................
2
D. Mamfaat
Penelitian.......................................................................................................
2
BAB II LANDASAN TEORI
A. Definisi
Jamur...............................................................................................................
4
B. Kandungan
Gizi
Jamur.................................................................................................
5
C. Syarat
Tumbuhnya Jamur.............................................................................................
7
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat
Dan Waktu Penelitian....................................................................................
11
B. Subjek
Penelitian........................................................................................................
11
C. Instrumen
Penelitian...................................................................................................
11
D. Prosedur
Penelitian.....................................................................................................
11
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Persiapan
Pembudidayaan Jamur................................................................................
12
B. Proses
Pembudidayaan
Jamur.....................................................................................
13
C. Pengendalian
Hama Penyakit Jamur Tiram................................................................
14
D. Pengemasan
Dan Transportasi Hasil Panen Jamur Tiram..........................................
16
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................................
18
B. Saran...........................................................................................................................
18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha
budidaya jamur tiram seringkali mengalami kegagalan karena teknik dan cara
budidaya yang kurang benar. Meskipun gampang, perlu diperhatikan faktor-faktor
seperti lingkungan, kebersihan, serta konsistensi selama perawatan. Jika
faktor-faktor tersebut tidak bisa dipenuhi dengan baik maka hasilnya pun kurang
optimal bahkan besar kemungkinan berpotensi mendatangkan kegagalan. oleh karena itu harus ada pengetahuan khusus terhadap budidaya
tersebut.
Jamur tiram
putih berwarna putih agak krem dengan diameter tubuh 3-14 cm. Jamur ini
memiliki miselium. Tubuh buah jamur inilah yang bernilai ekonomis tinggi
dan menjadi tujuan dari budidaya jamur tiram. Teknik budidaya jamur tiram mulai
dari persiapan hingga pasca panen sangat perlu diperhatikan agar pelaku usaha
benar-benar memahami sehingga lebih menguasai dalam pemeliharaan maupun
pengendalian hama tanaman. Sehingga tidak kegagalan dalam usaha budidaya jamur
ini.
Jamur tiram dapat tumbuh dan berkembang dalam media yang terbuat
dari serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastic. Pertumbuhan jamur tiram
sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, kita
harus mengetahui mengenai kondisi yang cocok untuk pertumbuhannya sebelum kita
melakukan budidaya jamur tiram.
Pada
kehidupan alaminya jamur ini tumbuh di hutan dan biasanya tumbuh berkembang
dibawah pohon berdaun lebar atau dibawah tanaman berkayu. Hal ini penting untuk
jadi patokan dalam melakukan budidaya jamur tiram dan perlu diingat Jamur
Pleurotus ini tidak memerlukan cahaya matahari yang banyak .
Jamur tiram
adalah salah satu jamur yang sangat laku di pasaran saat ini sebagai salah satu
bahan makanan. Namun jamur tersebut sangatlah sulit untuk ditemukan di alam
saat ini dan kemunculannya juga hanya sedikit. Dari sebab itu di perlukanlah
suatu budidaya jamur tiram untuk memenuhi permintaan pasar. Dan tidak sedikit
jamur yang berasal dari indonesia di impor ke luar negri.
Selain
sebagai bahan makanan produksi jamur tiram juga dapat menjadi sebuah usaha
menjanjikan dan dapat mengurangi penganguran yang ada saat ini karena
pengangguran setiap tahun semakin meningkat.
B. Rumusan Masalah
Bertolak
dari latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka penulis merumuskan
masalah penelitian sebagai berikut :
1. Apa
saja persiapan yang harus dilakukan dalam budidaya jamur tiram?
2. bagaimana
proses dalam penanaman jamur tiram?
3. Bagaimana
cara pengendalian hama penyakit dalam budidaya jamur tiram?
4. Bagaimana
pengemasan dan transportasi hasil panen jamur tiram?
C. Tujuan
Penelitian
Sesuai
dengan masalah yang penulis teliti, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui
persiapan-persiapan yang harus dilakukan dalam pembudidayaan jamur tiram.
2. Mengetahui
bagaimana proses penanaman jamur tiram.
3. Mengetahui
cara bagaimana pengendalian hama penyakit dalam proses pembudidayaan jamur
tiram.
4. Mengetahui
bagaimana proses pengemasan dan pengiriman jamur tiram yang siap dipasarkan.
D. Mamfaat
Penelitian
Penyusun
mengharapkan karya tulis ilmiah ini bisa bermamfaat bagi siapun yang
membacanya, baik secara teoritis maupun praktis. Agar makin banyak yang bisa
membudidayakan tamana jamur dan dapat menggurangi pengganguran yang ada saat
ini yang semakin hari semakin tidak terkendali.
BAB II
LANDASAN TEORI
Budidaya
jamur merupakan salah satu usaha peningkatan ekonomi dan pangan yang sangat
marak berkembang di masyarakat belakangan ini, bisnis dari budidaya jamur
memang menjanjikan hasil yang lumayan saat ini, maka dari itu banyak masyarakat
yang turut serta dalam usaha budidaya jamur ini. Selain mudah dalam proses
pengerjaannya, budidaya jamur tidak membutuhkan modal yang terlalu besar sehingga
sangat tepat diterapkan pada masyarakat yang taraf ekonominya sedang ataupun
rendah.
Jamur memiliki manfaat yang beragam
dalam kehidupan sehari-hari antara lain sebagai bahan pangan maupun sebagai
bahan pembuatan obat yang dapat berbagai macam penyakit kronis. Sebagai bahan
pangan, jamur tiram dapat dikonsumsi sebagai campuran sayur sop, jamur krispi
maupun keripik jamur. Banyak restoran berkelas yang mengandalkan hidangan
utamanya adalah berbahan dasar dari jamur, dan bisa dikonsumsi juga sebagai bahan
pengobatan.
Jamur memiliki banyak manfaat bagi
kesehatan manusia, protein nabati yang tidak mengandung kolesterol dapat
digunakan sebagai obat pencegah timbulnya penyakit darah tinggi dan serangan
jantung, serta dapat mencegah penyakit diabetes dan mengurangi berat badan atau
obesitas. Kandungan asam folat yang tinggi dapat menyembuhkan penyakit anemia
dan obat anti tumor, juga dapat digunakan untuk mencegah dan menanggulangi
kekurangan gizi dan pengobatan kekurangan zat besi.
Dengan banyaknya manfaat tersebut,
maka tidak salah jika pada jurusan Tadris Biologi IAIN Walisongo Semarang
mencoba mempraktekkan sebagai bentuk realisasi mata kuliah bioteknologi. Dengan
adanya praktek lapangan seperti ini, diharapkan mahasiswa dapat berlatih untuk
membudidayakan jamur yang bermanfaat dalam kehidupan manusia yang nyata dan
nantinya dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari.
Salah satu praktikum dari budidaya
jamur adalah budidaya jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) yang juga
memiliki banyak manfaat. Tahap yang diperlukan untuk budidaya jamur yaitu tahap
pencampuran bahan, tahap pembuatan log, tahap sterilisasi log, tahap inokulasi
bibit jamur ke dalam log, tahap inkubasi log, dan pengamatan pertumbuhan
miselium serta tahap penanaman log.
A.
Definisi
Jamur Tiram
Jamur tiram merupakan jamur yang
berasal dari Divisi Basidiomycotina dari jenis pleurotus (jamur kayu) yang tempat hidupnya atau habitatnya di potongan-potongan kayu. Nama Bassidiomycota itu sendiri berasal dari Bahasa Latin
yaitu Bassidium
yang berarti “alatkecil “ , suatu tahapan diploid sementara dalam siklus hidup organisme tersebut. Bentuk bassidiom tersebut bentuknya mirip payung dan gada sehingga
fungi tersebut juga dikenal dengan nama umum fungi
gada (club fungi). [ Mohammad Amin ].
Jamur
tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok
Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh
buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran
mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Jamur tiram masih satu
kerabat dengan Pleurotus eryngii dan sering dikenal dengan sebutan King
Oyster Mushroom. [Neil A. Cambell].
Basidiomycotina merupakan pengurai penting bagi kayu dan bagian tumbuhan lainnya. Divisi basidiomycotina ini juga mencakup mutualis yang
membentuk mikorhiza dan parasit tumbuhan. Jamur tiram bersifat makroskopis hifan.
1. Karakteristik Jamur Tiram
a)
Karakteristik Jamur Tiram Secara Umum :
oHeterotrofsaprofit
o Multiseluler.
o Tubuh disusun oleh hifa dan
miselium dan tubuh buah.
o Hifa bersekat.
o Spora dihasilkan oleh sel
basidium melalui reproduksi secara seksual.
o Reproduksi menghasilkan spora
dilakukan melalui 2 cara :
1)
Aseksual :dilakukan saat kondisi lingkungan mendukung.
2)
Seksual : dilakukan bila kondisi lingkungan kurang mendukung
Ø Alat reproduksi seksual Basidiommycota berupa Basidium.
Ø Basidium merupakan badan yangberasal dari sebuah sel yang
membesar, selanjutnya membentuk empat tonjolan .
Ø Tonjolan dengan sel induknya dipisahkan oleh sekat hingga akhirnya dihasilkan empat sel yang masing- masing dengan sebuah Basidiospora.
Ø Seluruh basidium berkumpul membentuk badan yang
disebut basidiokarp.
Ø Bentuk basidiokap bervariasi,
ada yang seperti papan,
paying, bola, dan ada yang
tidak beraturan.
b)
Karakteristik
Jamur Tiram Secara Khusus :
o Tubuh buah jamur tiram
memiliki tangkai yang tumbuh menyamping (bahasa Latin: pleurotus) dan
bentuknya seperti tiram (ostreatus) sehingga jamur tiram mempunyai nama
binomial Pleurotus ostreatus.
o Bagian tudung dari jamur
tersebut berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih, dengan
permukaan yang hampir licin, diameter 5-20 cm yang bertepi tudung mulus sedikit
berlekuk.
o Selain itu, jamur tiram juga
memiliki spora berbentuk batang berukuran 8-11×3-4μm serta miselia berwarna
putih yang bisa tumbuh dengan cepat.
o Di alam bebas, jamur tiram
bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk.
o Tubuh buah
terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau
pokok batang pohon yang sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah satu
jenis jamur kayu.
o Untuk itu, saat ingin
membudidayakan jamur ini, substrat yang dibuat harus memperhatikan habitat
alaminya.
o Media yang
umum dipakai untuk membiakkan jamut tiram adalah serbuk gergaji kayu yang
merupakan limbah dari penggergajian kayu
o Budi daya jamur tiram dapat pula menggunakan substrat jerami dengan tahapan tertentu
o Jamur tiram tidak memerlukan
cahaya matahari yang banyak, di tempat terlindung miselium jamur akan tumbuh
lebih cepat daripada di tempat yang terang dengan cahaya matahari berlimpah.
B. Kandungan Gizi Jamur Tiram :
Berdasarkan penelitian Sunan
Pongsamart, biochemistry, Faculty of Pharmaceutical Universitas Chulangkorn,
jamur tiram mengandung : protein, air, kalori, karbohidrat, dan sisanya berupa
serat zat besi, kalsium, vitamin B1, vitamin B2, dan vitamin C.
Jamur tiram (Pleurotus
ostreatus) merupakan bahan makanan bernutrisi dengan kandungan protein
tinggi, kaya vitamin dan mineral, rendah karbohidrat, lemak dan kalori. Jamur
ini memiliki kandungan nutrisi seperti vitamin, fosfor, besi, kalsium,
karbohidrat, dan protein. Untuk kandungan proteinnya, lumayan cukup tinggi,
yaitu sekitar 10,5-30,4%.Komposisi dan kandungan nutrisi setiap 100 gram jamur
tiram adalah 367 kalori, 10,5-30,4 persen protein, 56,6 persen karbohidrat,
1,7-2,2 persen lemak, 0.20 mg thiamin, 4.7-4.9 mg riboflavin, 77,2 mg niacin,
dan 314.0 mg kalsium. Kalori yang dikandung jamur ini adalah 100 kj/100 gram
dengan 72 persen lemak tak jenuh. Serat jamur sangat baik untuk pencernaan.
Kandungan seratnya mencapai 7,4- 24,6 %.
Kandungan gizi jamur tiram menurut
Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian. Protein rata-rata 3.5 –
4 % dari berat basah. Berarti dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan
asparagus dan kubis. Jika dihitung berat kering. Kandungan proteinnya
10,5-30,4%.Sedangkan beras hanya 7.3%, gandum 13.2%, kedelai 39.1%, dan susu
sapi 25.2%. Jamur tiram juga mengandung 9 macam asam amino yaitu lisin,
metionin, triptofan, threonin, valin, leusin, isoleusin, histidin, dan
fenilalanin.
Hasil studi
di Massachusett University menyimpulkan bahwa riboflavin, asam
Nicotinat,Pantothenat, dan biotin (Vitamin B) masih terpelihara dengan
baik meskipun jamur telah dimasak.
Hasil penelitian dari Beta
Glucan Health Center menyebutkan bahwa jamur tiram(Pleurotus ostreatus)
mengandung senyawa Pleuran (di Jepang, jamur tiram disebut Hiratakesebagai
jamur obat), mengandung protein (19-30 persen), karbohidrat (50-60
persen), asamamino, vit B1 (thiamin), B2 (riboflavin), B3 (Niacin), B5
(asam panthotenat), B7 (biotin), Vit Cdan mineral Calsium, Besi, Mg, Fosfor, K,
P, S, Zn. Dapat juga sebagai antitumor,menurunkan kolesterol, dan
antioksidan.
72% Lemak dalam jamur tiram
adalah asam lemak tidak jenuh sehingga aman dikonsumsi baik yang menderita
kelebihan kolesterol (hiperkolesterol) maupun gangguan metabolisme lipid
lainnya. 28% asam lemak jenuh serta adanya semacam polisakarida kitin di dalam
jamur tiram diduga menimbulkan rasa enak. Jamur tiram juga mengandung vitamin
penting, terutama vitamin B, C dan D. vitamin B1 (tiamin), vitamin B2
(riboflavin), niasin dan provitamin D2 (ergosterol), dalam jamur tiram cukup
tinggi. Mineral utama tertinggi adalah Kalium, Fosfor, Natrium, Kalsium, dan
Magnesium. Mineral utama tertinggi adalah : Zn, Fe, Mn, Mo, Co, Pb
Konsentrasi K, P, Na, Ca dan Me mencapai 56-70% dari total abu dengan kadar K
mencapai 45%. Mineral mikroelemen yang bersifat logam dalam jarum
tiram kandungannya rendah, sehingga jamur ini aman dikonsumsi setiap hari.
C.
Syarat
Tumbuh JamurTiram
a.
IKLIM
1) Temperature
Serat
(miselium) jamur tiram putih tumbuh dengan baik pada kisaran suhu antara
23-28 °C, artinya kisaran temperature normal untuk pertumbuhannya.
Waluapun begitu, dengan temperature di bawah 23 °C, miselium jamur masih dapat
tumbuh meskipun memerlukan waktu yang lebih lambat.
Sedangkan untuk
pertumbuhan tubuh buahnya yang bentuk seperti cangkang tiram, memerlukan
kisaran suhu antara 13-15 °C selama 2 samapai 3 hari.
Bila nilai
temperature rendah tersebut tidak didapatkan, maka ada dua kemungkinan yang
terjadi, yaitu pertumbuhan tumbuh buah jamur tidak akan terbentuk, yang berarti
pemeliharaan tidak berhasil, atau walaupun terbentuk maka waktu yang diperlukan
akan lama.
Tetapi
walaupun demikian fase kedua jamur tiram putih tersebut masih dapat tumbuh pada
rentang suhu 12-37,8 °C.
2) Kelembapan
Kandungan
air di dalam subtract sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
miselium jamur.
Terlalu
sedikit air akan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu,
bahkan terhenti sama sekali. Namun, apabila terlalu banyak air, miselium akan
membusuk dan mati. Kandungan air didalam subtract tanaman akan didapat dengan baik
bila dilakukan penyiraman.
Jamur tumbuh
baik dalam keadaan yang lembab, tetapi tidak menghendaki genangan air. Miselium
jamur tiram tumbuh optimal pada subtract yang memiliki kandungan air sekitar
60%. Sedangkan untuk merangsang pertumbuhan tunas dan tubuh buah, memerlukan
kelembapan udara sekitar 70-85%.
3) Cahaya
Miselium
jamur tiram putih tumbuh optimal pada keadaan gelap. Sebaliknya, tubuh buah
jamur tidak dapat tumbuh pada tempat gelap. Cahaya diperlukan untuk merangsang
pertumbuhan tubuh buah. Tangkai jamur akan tumbuh kecil dan tudung tumbuh
abnormal bila saat pertumbuhan primordial tidak memperoleh penyiraman.
Akan tetapi,
cahaya matahari yang menembus secara langsung dapat merusak dan menyebabkan
kelayuan, serta ukuran tudung yang relative kecil. Pertumbuhan jamur hanya akan
memerlukan cahaya yang bersifat menyebar. Oleh karena itu, diperlukan peneduh
pohon di dekat bangunan tempat pemeliharaan jamur.
4) Udara
Jamur tiram
putih adalah tanaman saprofit fakultatif aerobic yang membutuhkan oksigen
sebangai senyawa untuk pertumbuhannya. Sirkulasi udara yang lancer akan
menjamin pasokan oksigen. Terbatasnya pasokan oksigen udara disekitar tempat
tumbuh jamur dapat mengganggu pertumbuhan tubuh buah.
Jamur tiram juga yang
tumbuh pada tempat yang kekurangan oksigen memiliki tubuh buah kecil dan
abnormal. Tubuh buah jamur yang tumbuh pada tempat yang kekurangan oksisgen
akan mudah layu dan mati. Jamur tiram juga memerlukan sirkulasi udara
segar untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu, harus diberi ventilasi agar
pertukaran udara dapat berjalan secara baik.
Pertumbuhan
miselium jamur memerlukan kandungan karbon dioksida yang agak tinggi, yaitu
15%-20%. Tetapi, jamur tiram yang tumbuh pada tempat yang mengandung karbo
dioksida yang terlalu tinggi memiliki tubuh buah yang abnormal. Biasanya,
tudung jamur tiram tumbuuh relative kecil dibandingkan tangkainya.
5) Derajat Keasaman (pH)
Miselium
jamur tiram putih tumbuh optimal pada pH media yang sedikit asam, yaitu antara
5,0-6,5. Nilai pH medium diperlukan untuk produksi metabolism dari jamur tiram
putih, seperti produksi asam organic.
Kondisi asam
dapat menyebabkan pertumbuhan miselium jamur tiram terganggu, tumbuh
kontaminasi oleh jamur lain, bahkan menimbulkan kematian jamur tiram putih.
Kondisi pH yang terlalu tinggi (basa), dapat menyebabkan system metabolism dari
jamur tiram putih tidak efektif. Bahkan, menyebabkan kematian. Tubuh buah jamur
tiram tumbuh optimal pada pH lingkungdn yang mendekati normal (pH 6,8-7,0).
b.
MEDIA TANAM
Secara
tradisional, di Jepang, bibit ditanam di dalam lubang atau garisan di kayu
kering. Pengeringan dilakukan dengan tenaga sinar matahari atau listrik. Dalam
budidaya modrn, media tumbuh yang digunakan berupa kayu tiruan (log) yang
dibuat dalam bentuk silinder.
1)
Nutrisi
Pertumbuhan
yang optimal dapat dicapai bila lingkungannya sesuai serta tersedia nutrisiyang
cukup. Protoplas sel memerlukan nitrogen, fosfor, dan nutrisi lai. Karbon
selain diperlukan untuk pembentukan protoplasma, juga diperlukan sebagai sumber
energy. Sehingga karbon lebih banyak dibutuhkan disbanding dengan
nitrogen.
Nitrogen
dibutuhkan untuk pembentukan asam nukleat. Sedangkan protein dan kitin
diperlukan untuk pembentukan dinding sel jamur.
2)
Kehadiran Mikroorganisme lain
Media tempat
tumbuh merupakan sumber energy utama bagi jamur tiram. Kehadiran mikroorganisme
lain dapat menyebabkan persaingan dalam mendapatkan nutrisi, sehingga
jamur yang diharapkan tidak dapat tumbuh dengan optimal.
Bahkan,
sebagian dari competitor tersebut dapat mengeluarkan senyawa yang bersifat
toksin terhadap organism disekitarnya.
Sterilisasi
media merupakan cara yang efektif untuk membebaskan media tanam dari kehadiran
jasad asing di dalam media tanam yang tidak diharapkan.
c.
KETINGGIAN
TEMPAT
Kondisi di
atas lebih mudah dicapai didaerah dataran tinggi sekitar 700-800 m dpl.
Kemungkinan budidaya jamur didataran rendah tidak mustahil, asalkan iklim ruang
penyimpanan dapat diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan jamur.
d.
PEMBIBITAN
Bibit yang
dapat digunakan adalah F3. Bibit ini dapat dibuat atau diperoleh dari petani
jamur yang s udah bisa membuat bibit bibit jamur. Untuk membuat bibit sendiri,
diperlukan alat dan bahan yang steril karena proses ini sangat rentan terhadap
kontaminasi. Sterilisasi pembuatan bibit biasa menggunakan laminar flow atau
transfer box.
BAB III
METODE
PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di Pabrik Pembudidayaan Jamur Tiram kampung Gawir, Desa
Kamulyan Kec Manonjaya.
Waktu
penelitian pada hari Kamis 15 Mei 2014.
B. Subjek Penelitian
Dalam
penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah petani pembudidayaan jamur
tiram
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dalam
penelitian ini sebagai berikut :
1.
Melalui wawancara dengan pemilik
pabrik pembudidayaan jamur tiram
2.
Melakukan observasi melalui internet
dan melihat kelapangan.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah sebagai
berikut :
1.
Pergi ketempat penelitian.
2.
Wawancara dengan pemilik
pembudidayaan jamur tiram.
3.
Melihat proses pembuatan jamur
tiram.
4.
Melihat tanaman jamur tiram.
5.
Melihat pemanenan jamur tiram.
BAB IV
HASIL
PENELITIAN
A.
Persiapan
yang dilakukan dalam pembudidayaan jamur tiram
Sebelum
melakukan penanaman, hal-hal yang menunjang budidaya jamur tiram harus sudah
tersedia, diantaranya rumah kumbung baglog, rak baglog, bibit jamur tiram, dan
peralatan budidaya. Bibit tanaman jamur tiram dapat dibeli di petani jamur
tiram . Peralatan budidaya jamur tiram cukup sederhana, harga terjangkau,
bahkan kita bisa memanfaat peralatan dapur.
Untuk mengoptimalkan
hasil dalam usaha budidaya jamur tiram di dataran rendah dapat dilakukan dengan
modifikasi terhadap bahan media dan takarannya, yakni dengan menambah atau
mengurangi takaran tiap-tiap bahan dari standar umumnya. Dalam usaha skala
kecil, eksperimen dalam menentukan takaran bahan media merupakan hal yang
sangat penting guna memperoleh takaran yang pas. Hal ini mengingat jamur yang
dibudidayakan di lingkungan tumbuh berbeda tentu membutuhkan nutrisi dan media
yang berbeda pula tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Hingga saat ini
belum ada standar komposisi media untuk budidaya jamur tiram di dataran rendah,
sehingga petani memodifikasi media dan lingkungan berdasarkan pengalaman dan
kondisi masing-masing.
Sebagai
media tumbuh jamur tiram, serbuk gergaji berfungsi sebagai penyedia nutrisi
bagi jamur. Kayu yang digunakan sebaiknya kayu keras karena serbuk gergaji kayu
jenis tersebut sangat berpotensi dalam meningkatkan hasil panen jamur
tiram. Hal ini karena kayu keras banyak mengandung selulosa yang
dibutuhkan oleh jamur. Jenis-jenis kayu keras yang bisa digunakan sebagai media
tanam jamur tiram antara lain sengon, kayu kampung, dan kayu mahoni. Untuk
mendapatkan serbuk kayu pembudidaya harus memperolehnya ditempat penggergajian
kayu. Sebelum digunakan sebagai media biasanya sebuk kayu harus dikompos
terlebih dahulu agar bisa terurai menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga
mudah dicerna oleh jamur. Proses pengomposan serbuk kayu dilakukan dengan cara
menutupnya menggunakan plastik atau terpal selama 1-2 hari. Pengomposan
berlangsung dengan baik jika terjadi kenaikan suhu sekitar 50 derajat C.
Wadah yang
digunakan untuk meletakkan campuran media adalah kantong plastik bening tahan
panas berukuran 20 cm x 30 cm. Adapun komposisi media sema adalah serbuk
gergaji 100 kg; tepung jagung 10 kg; dedak halus atau bekatul 10 kg; kompos 0,5
kg; kapur 0,5 kg; dan air 50-60%. Ada dua hal yang harus diperhatikan sebelum
melakukan penanaman bibit jamur, yaitu sterilisasi bahan dan sterilisasi
baglog.
B.
Proses dalam
pembudidayaan jamur tiram
Adapun
proses pembuatan jamur tiram adalah sebagai berikut
1.
Serbuk gergaji dipilih dan
dibersihkan. Bagian yang besar dan tajam dibuang karena dapat merusak plastik
substrat.
2.
Bahan yang sudah ada dicampur sesuai
komposisi takaran dalam jolang / baskom plastik. Aduk sampai merata, jangan
sampai ada gumpalan-gumpalan. Adapun bahan yang dicampurkan untuk menghasilkan
100 log adalah sebagai berikut :
·
Serbuk gergaji 10,5 kg
·
Tepung jagung 0,6 kg
·
Dedak halus 21 kg
·
TSP 1 kg
·
Kapur 3 buah Beri air secukupnya.
3.
Campuran bahan dimasukan ke dalam
plastik transparan dengan ukuran 20 x 35 cm dan tebal 0,5. Media harus
dipadatkan agar terbentuk log yang baik. Media yang bagus adalah kepadatannya
merata. Jangan lupa, ujung plastik bagian bawah ditusuk jari telunjuk supaya
masak. Hal ini dilakukan agar bahan yang dimasukkan dan dipadatkan bisa duduk
posisinya (tidak miring). Pengisian dilakukan tidak terlalu penuh, tapi
disisakan 15 cm untuk memudahkan dalam mengikat.
4.
Tiap log ditimbang beratnya, yaitu
sebanyak 1,2 kg.
5.
Sisa ujung plastik ke dalam cincin
dilipat keluar, lalu diikat mulut plastik tersebut dengan karet tahan panas.
6.
Tutup mulut log tersebut dengan
kapaskemudian tutup lagi dengan kertas, lalu diikat lagi dengan karet.
7.
Dilakukan pengukusan terhadap log
media selama 12 jam.
8.
Lamanya pengukusan dihitung setelah
air di dalam drum mendidih.
9.
Setelah selesai pengukusan, media di
angkat dari drum. Lalu, biarkan selama 8 jam atau sampai dingin pada ruangan
yang tertutup. Untuk selanjutnya, dilakukan penanaman bibit.
10.
Setelah media dingin, baru dilakukan
penanaman bibit, caranya:
·
Penanaman bibit dilakuan di ruangan
tertutup
·
Semprot isi ruangan dengan alkohol
95%
·
Gunakan sarung sarung tangan dan
semprot dengan alkohol 95%
·
Untuk memudahkan penanaman bibit,
media yang akan diinokulasi disimpan di depan dekat tangan kiri. Bibit yang
akan ditanamkan disimpan di depan dekat tangan kanan. Antara media yang akan
ditanami dan bibit, disimpan lampu spirtus.
·
Buka karet, kertas penutup, serta kapas
penutup media.
·
Masukkan 3 sendok makan bibit untuk
satu log media.
·
Setiap gerakan sendok yang dipakai,
dipanaskan dengan api dari lampu spirtus.
·
Media yang sudah ditanami bibit
tersebut ditutup kembali dengan kapas.
·
Penanaman bibit dikerjakan dengan cepat,
tetapi harus teliti.
11.
Media yang sudah ditanami bibit
disimpan di atas rak.
12.
Biarkan sampai seluruh media diisi
miselium jamur.
13.
Miselium tumbuh memenuhi log media.
Setelah seluruh log media ditumbuhi miselium, tutup kapas dan cincin pada
bagian atas log tersebut dibuka.
14.
Kelembapan lingkungan dipertahankan
dengan menyemprot menggunakan sprayer.
15.
Tubuh buah yang sudah cukup mekar
dapat dipanen.
C.
Pengendalian
hama penyakit dalam budidaya jamur tiram
Selain
pemeliharaan baglog, dalam budidaya jamur tiram juga perlu dilakukan perawatan
untuk mencegah atau mengendalikan hama dan penyakit yang mungkin bisa menyerang
jamur tiram. Hama dan penyakit yang menyerang jamur tiram tentu dipengaruhi
oleh keadaan lingkungan maupun jamur itu sendiri. Sehingga antara tempat
budidaya yang satu dan yang lain, serangan hama penyakit kemungkinan dapat
berbeda-beda.
A.
HAMA
PENYAKIT JAMUR TIRAM
a.
Ulat
Ulat merupakan hama yang paling banyak ditemui dalam budidaya jamur tiram.
Ada tiga faktor penyebab kemunculan hama ini yaitu faktor kelembaban, kotoran
dari sisa pangkal/bonggol atau tangkai jamur dan jamur yang tidak terpanen,
serta lingkungan yang tida bersih.
Hama ulat muncul ketika kelembaban udara berlebihan. Oleh sebab itu, hama
ulat sering dijumpai ketika musim hujan. Pencegahan menjadi solusi terbaik
untuk mengatasi hama ini adalah dengan mengatur sirkulasi udara. Caranya dengan
membuka lubang sirkulasi dan untuk sementara proses penyiraman keumbung
dihentikan.
Pangkal jamur yang tertinggal di baglog saat pemanenan dapat menimbulkan
binatang kecil seperti kepik. Kepik inilah yang menjadi penyebab munculnya hama
ulat. Sementara jamur yang tidak terpanen kemungkinan terjadi karena jamur
tidak muncul keluar sehingga luput saat pemanenan dan menjadi busuk. Hal ini
menyebabkan munculnya ulat. Sebaiknya, ketika melakukan pemanenan baglog telah
dipastikan kebersihannya sehingga tidak ada pangkal atau batang dan jamur yang
tidak terpanen.
Ulat bisa saja muncul karena rumah kumbung ataupun sekitar kumbung tidak
berseih. Misalnya adanya kandang ternak atau tanaman di sekitar rumah kumbung.
Untuk mencegah dan mengatasi serangan hama ulat, lakukan pembersihan rumah
kumbung dan sekitar rumah kumbung dengan melakukan penyemprotan formalin.
b.
Semut,
Laba-laba, dan Kleket
Secara mekanis hama semut dan laba-laba dapat diatasi dengan membongkar
sarangnya dan menyiramnya dengan minyak tanah. Sedangkan secara kemis hama
tersebut dapat dikendalikan dengan penyemprotan insektisida. Cara ini merupakan
cara terakhir dan usahakan untuk menghindari penggunaan insektisida jika
serangan tidak parah karena produk jamur merupakan produk organik. Keuntungan
jika pemberantasan hama serangga dilakukan dengan cara mekanis antara lain,
dapat memangkas biaya selama perawatan dan juga ramah lingkungan. Sementara itu
hama kleket kerap dijumpai pada mulut baglog. Untuk mengendalikannya juga
dilakukan dengan cara mekanis, yaitu mengambilnya dengan tangan.
c.
TUMBUHNYA
CENDAWAN ATAU JAMUR LAIN
Jamur lain yang kerap mengganggu jamur tiram adalah Mucor sp., Rhizopus
sp., Penicillium sp., dan Aspergillus sp. pada substrat atau baglog. Serangan
jamur-jamur tersebut bersifat patogen yang ditandai dengan timbulnya miselium
berwarna hitam, kuning, hijau, dan timbulnya lendir pada substrat.
Miselium-miselium tersebut mengakibatkan pertumbuhan jamur tiram terhambat atau
bahkan tidak tumbuh sama sekali. Penyakit ini dapat disebabkan karena
lingkungan dan peralatan saat pembuatan media penanaman kurang bersih atau
karena lingkungan kumbung yang terlalu lembab. Untuk mengatasi penyakit ini, lingkungan
dan peralatan ketika pembuatan media dan penanaman perlu dijaga kebersihannya.
Kelembaban di dalam kumbung juga diatur agar tidak berlebihan. Penyakit ini
dapat menyerang baglog yang sudah dibuka ataupun masih tertutup. Jika baglog
sudah terserang maka harus segera dilakukan pemusnahan dengan cara dikeluarkan
dari kumbung kemudian dibakar. Tangkai Memanjang.
Penyakit ini merupakan penyakit fisiologis yang ditandai dengan tangkai
jamur memanjang dengan tubuh jamur kecil tidak dapat berkembang maksimal.
Penyakit tangkai memanjang disebabkan karena kelebihan CO2 akibat ventilasi
udara yang kurang sempurna. Agar tidak terserang penyakit ini harus dilakukan
pengaturan ventilasi dalam kumbung seoptimal mungkin.
D.
Pengemasan
dan Transportasi Hasil Panen Jamur Tiram
Pengemasan
jamur tiram segar biasanya menggunakan plastik kedap udara. Semakin sedikit
udara yang ada di dalam plastik, jamur tiram semakin tahan lama untuk disimpan.
Namun, idealnya penyimpanan dengan plastik kedap udara hanya dapat mempertahankan
kesegaran jamur tiram selama 2-4 hari. Oleh karena itu, agar jamur tiram segar
yang dijual tetap dalam kondisi baik, proses pengangkutan/transportasi tidak
boleh terlalu lama dari proses pengemasannya. Seandainya jarak pengangkutan
cukup jauh, sebaiknya alat transportasi dilengkapi dengan ruangan berpendingin.
Namun untuk saat ini pemasaran jamur tiram hanya di sekitar kota tasikmalaya
dan pemanenan jamur tiram hanya dilakukan 3 hari sekali dan banyak masyarakat
yang ada di sekitar tempat pembudidayaan yang langsung membelinya ke tempat
tersebut. Jadi ada kalanya jamur tiram sudah habis di beli oleh masyarakat
sekitar. Dan jika ada jamur tiram yang tidak laku petani menggolahnya menjadi
makanan misalnya jamur krispy maupun pepes jamur tiram.
BAB V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Ternyata pembudidayaan jamur itu tidaklah mudah ada beberapa tahapan yang
harus dilalui dan butuh kesabaran, ketelatenan dan keuletan dalam menjaga jamur
tersebut supaya tidak terkena hama penyakit yang dapat menumbulkan gagal panen.
Keberhasilan pembudidayaan jamur itu sendiri terletak pada kebersihan yang
dilakukan pembudidaya terhadap tanaman jamur. Mulai dari persiapan penanaman
jamur, sterilisasi bahan, sterilisasi bagbog hingga penanaman bibit jamur
tersebut ke bablog tidak cukup sampai di sisni saja petani juga harus tetap
menjaga suhu yang ada di ruangan pembudidayaan tetap stabil untuk memperoleh
hasil yang maksimal atau jamur yang berukuran besar yang sangatlah laku di
pasaran.
Pemanenan jamur tiram dilakukan 30 hari setelah pembibitan dimulai. Atau
setelah 2-3 minggu hingga buah berbentuk. Setelah pemanenan jamur tiram
haruslah di sortir terlebih dahalu untuk membagi hasil yang besar dan kecil
bisasnya hasil yang besar oleh petani langsung di jual ke pasaran namun untuk
hasil yang kecil petani pengolah kembali jamur tersebut menjadi makanan misal
jamur krispy yang di jual di sekitar pembudidayaan tersebut. Pengemasan jamur
tiram yang akan di jual kepasaran dengan menggunakan plastik kedap udara supaya
jamur dapat bertahan lama atau jika jamur tidak laku bisa di simpan di lemari
pendingan agar jamur tetap segar.
B.
SARAN
-
Hendaknya kita sebagai generasi muda
dan pelajar mau mengetahi proses dalam pembudidayaan jamur tiram.
-
Pembudidayaan tanaman jamur harus
ditingkatkan guna mengwujudkan kebutuhan pasar dan menggurangi pengangguran
yang ada saat ini.
-
Kegiatan pembudidayaan harus di
perkenalkan kepada generasi muda atau pelajar, hal ini dapat dilakukan dengan
adanya campur tangan dari orang tua, pihak sekolah maupun masyarakat yang ada
di sekitar lingkungan mereka.
DAFTAR PUSTAKA