Kehidupan itu sangat misteri, banyak kejadian yang tidak
terduga yang kadang menimpa kita, itulah yang aku rasakan. Kejadian yang
membuat ku menagis, menangis deras untuk sebuah hal yang telah hilang, betapa
pentingnya hal itu untukku.
Pada suatu
hari ketika aku baru selesai mandi kakak perempuanku mengajakku untuk pergi
memancing di kolam yang tidak jauh dari rumah.
“de, kita mancing yuk, udah lama kita
gak memancing bareng!” ajak kakakku.
“gak mau ah males kak” jawabku
Kakak terus saja membujukku untuk
ikut memancing dengannya bahkan dengan kata-kata yang kasar. Sampai aku
menangis dan ibupun datang.
“kenapa kok nangis? “tanya ibu pada
ku.
“dia diajar memancing aja gak mau”
jawab kakak
“ya sudah jangan nangis lagi kita ke warung
yuk”ajak ibu
Aku dan ibupun pergi ke warung untuk
belanja, setibanya di sana aku bertemu dengan nenek retna.
“de, kenapa nangis? “tanya nenek
retna
“ini, diajak mancing sama kakanya
tapi dia nya gak mau” jawab ibuku
“kenapa gak mau? Sana ikut, memancing
itu seru lo” jelas nenek padaku.
Aku tidak menjawab pertanyaan nenek
dan langsung pulang ke rumah setelah membeli beberapa jajanan di warung.
Setibanya di rumah, lagi-lagi kakak
mengajakku untuk memancing, dengan terpaksa aku ikut walaupun dengan muka yang
cemberut.
“ayo kita memancing” kata kakaku
“iya tapi jangan lama-lama”jawabku
dengan muka cemberut
“iya, ayo cepat”
Ketika tiba di kolam, kakak
menyuruhku untuk duduk di dekat pohon kelapa, sedangkan kakak memancing ikan
tidak jauh dari tempatku duduk. Ikanpun sudah banyak yang tertangkap. Tetapi
tiba-tiba pancingan yang di pegang kakak sudah dapat ikan, namun ketika
diangkat pancingan tersebut terkena pada mata kananku dan ikan tersebut lepas.
“ujung pancingannya kena apa de?”
tanya kakakku panik
“kena mata kak”jawabku
“kalau begitu jangan bilang-bilangan
pada siapa-siapa kejadian ini” ancam kakakku
“ayo pulang” lanjut kakakku
Akhirnya setelah kejadian itu, aku
pulang kerumah dan tidak aku ceritakan kejadian itu pada siapapun. Pada
keesokan harinya, ketika bangun tidur mataku memerah.
“kenapa mata kananmu memerah?”tanya
ibu padaku
“gak tau mah”jawabku
Dan akhirnya ibu menyuruhku untuk
memakai obat tetes mata.
“kalau begitu kamu coba pakai obat
tetes mata dulu, kalau sampai nanti sore matanya masih merah kita bergi ke
dokter ya.” Jelas ibuku
Ketika sore hari datang mataku tidak
kunjung membaik, akhirnya ibu membawaku ke dokter. Setibanya di rumah sakit,
doter tersebut menanyakan kejadian apa yang terjadi hingga mataku sampai
memerah.
“bu kok bisa mata anak ibu jadi
begini memang tadinya kenapa?”tanya dokter tersebut pada ibuku
“gak tau dok? De walanya kenapa mata
kamu sampai begini?”tanya ibuku
Akhirnya aku menceritakan kejadian
yang sebenarnya waktu di kolam pada ibuku. Ibu terlihat sangat kanget dan syok
mendengar penjelasanku. Akhirnya dokter memberitahu apa yang terjadi pada mata
kananku.
“kornea mata kanan anak ibu sudah
rusak mungkin karna alat pancing yang terkena matanya dan kemungkinan anak ibu
akan kehilangan penglihatannya.” jelas dokter itu pada ibuku
“terus apa yang harus saya lakukan
agar mata anak saya kembali kembali ke sediakala dok?”tanya ibuku pada dokter
itu. Air mata mulai menetes dari sudut matanya membasahi pipinya.
“mungkin untuk saat ini kami akan
memberikan obat untuk menghilangkan rasa sakitnya, kalau saja ibu langsung
membawa anaknya kesini setelah matanya terkena alat pancing mungkin bisa kami
tangani, karna kornea matanya belum rusak sepenuhnya”jelas dokter pada ku dan
ibu
Setelah keluar dari ruang dokter ibu
masih saja menangis dan menatapku.
“kenapa kamu tidak bilang dari
kemarin? kalau saja kamu bilang ke mamah dari awal mungkin mamah akan langsung
membawamu ke dokter dan kejadiannya tidak mungkin seperti ini de”
“maaf mah” jawabku dengan sedih dan
menyesal kenapa aku tidak langsung memberitahu ibuku soal kejadian itu tapi
malah takut pada ancaman kakaku.
Aku tidak mengira hal ini akan
terjadi keputusan yang membuatku berat hati, yaitu ketika dokter memponis bahwa
aku akan kehilangan penglihatan pada mata kanaku, karna kornea yang ada di mata
kananku sudah rusak oleh alat pancing itu.
Kini aku hanya bisa menyesali dengan
semua kejadian yang menimpaku di kolam itu. Aku menyesal tidak terus terang
bilang pada ibu, andai saja sebelumnya aku ceritakan pada ibu mungkin sekarang
aku tidak kehilangan penglihatanku. Kejadian ini membuatku terpuruk karna mata
adalah salah satu orang yang terpenting dalam hidupku dan hidup semua orang
yang ada di dunia ini. aku hanya bisa terdiam karna kejadian itu. Tapi
untungnya Alloh memberikan dua mata pada setiap manusia, sehingga aku masih
bisa melihat betapa indahnya dunia ini walaupun dengan hanya mempunyai satu
mata saja.
Hari demi hari aku jalani dengan semangat, walaupun
terkadang teman-temanku mengejekku. Tetapi, ibu selalu menyemangatiku dengan
berkata “mereka yang mengejekmu belum tentu mereka lebih baik darimu dan
dibalik sebuah musibah pasti ada hikmahnya” kata-kata itulah yang selalu
membuatku tetap tegar menjalani hidup ini dan membuatku tidak sedih lagi.
END..
makasih yang udah baca cerita ini:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar